2 - Meet up

165 31 11
                                    

Siang ini Mark sudah berada di depan perpustakaan. Lelaki itu sudah siap dengan peralatan kameranya karena mendapat tugas dari Tio, untuk membantunya mempotret sesuatu. Tentu untuk tugas abangnya itu yang sudah memasuki semester 6. Tasnya tersampir seperti biasa pada pundak kanannya. Outfit yang dipakai juga terlampau biasa, kemeja hitam diselimuti hoodie dan celana jeans hitam.

Dia mendudukan diri di teras perpustakaan, dan meletakan barang-barangnya disana. Tengah asik mengotak-atik kamera miliknya, seseorang menepuk pundaknya membuatnya menoleh.

"Hai, Mark."

Mark mengalihkan pandangan lagi pada kamera. Mengabaikan seseorang yang sudah mengambil duduk disebelahnya.

"Mark, sapa balik kek, atau senyum gitu. Nggak ngerasa bersalah banget udah salah sambung LAGI semalem."

Mendengar itu, Mark kembali mendongak pada perempuan dengan rambut panjang yang terlihat kesal. Buru-buru dia merogoh saku celananya mengambil hp dan mengaktifkan data. Satu pesan masuk dari nomor tak dikenal, tepat berada dibawah grup kosnya yang selalu berisik.

08xxx777xxx
Halo, Mark. Anak didiknya pak Suro.
Lagi-lagi salah kirim.
Terus aja gitu.
Besok deh, kita ketemu, yuk.
Di perpus ya, jam sepuluh wib.
Sekian dari Yeri.

"Gimana? Udah inget?" Yeri, perempuan itu terkekeh.

Mark menatap tak percaya kolom chatnya dengan Yeri itu. Padahal dia dikirim nomor oleh pak Suro atas nama Jun Jaelani.

"Kok bisa lo lagi sih? Lo ada apa-apa ya sama pak Suro?"

"Heh," Yeri menepuk lengan Mark. "Sembarangan banget. Kalau mau tau, pak Suro itu ayah gue."

Seketika tawa Mark pecah. Dia terbahak sambil menepuk-nepuk pahanya sendiri. Yeri mengangkat kedua alisnya melihat kelakuan Mark. Pikirnya, apa yang salah kalau dia anaknya bapak Suro, dosennya sendiri?

"Lo nggak percaya ya, Mark? Meski ayah gue tampangnya masih muda, itu bukan berarti umurnya juga muda. Dia seumuran kok sama pak Soman, dosen galak itu."

Mark berhenti tertawa detik itu juga. Masih ada pertanyaan sebenarnya mengenai pak Suro. Tapi dia lebih tertarik dengan pesan Yeri semalam. "Jadi kenapa ajak gue ketemuan di perpus?"

"Oh itu. Gue cuma mau berteman aja sama lo." Yeri tersenyum.

"What's?" Kedua tangan Mark menengadah. Matanya melotot tak percaya. "Karena salah nomor itu, lo mau kita langsung temenan? No, no, no."

"Kenapa? Kita satu jurusan, bahkan satu progam studi. Apa salahnya kalo temenan? Abang sama adik gue kenal lo, kan? Masa gue nggak sih!"

Mark menggeleng kuat-kuat. Dia merapikan perlengkapan kameranya dan memasukan buku catatannya dalam tas, lantas bergegas pergi.

"Mark!"

Panggilan Yeri tak digubrisnya. Dia terus melangkah menuju ruang dosen, untuk menanyakan pada pak Suro; sebenarnya apa hubungan bapak dengan Yeri?

"Oh kamu baru tau, Mark?" Adalah jawaban yang membuat Mark makin naik pitam.

"Kamu 'kan berteman sama Sena dan Jeno juga. Dia nggak bilang apa-apa sama kamu, terutama tentang ayahnya yang ganteng ini?" Pak Suro kembali bergaya seperti anak muda. "Astaga anak aku! Kelewatan yah!"

Mark menggaruk tengkuknya sekian detik kemudian menghempaskan tangannya itu kuat-kuat. "Ya udah deh, Pak. Lupain aja. Terus, yang salah kirim nomor itu kenapa, Pak? Kok bisa salah nomor dan salah nama pula?!"

Pak Suro tampak berpikir. Dia bersedekap dada tak lupa deheman panjangnya. "Oh itu kayaknya emang salah nama aja. Tau kan, bapak pelupa orangnya. Suka nggak fokus juga. Makanya gitu."

Tanpa basa-basi lagi, Mark segera berpamitan. Pak Suro berteriak, "Kenalan sama anak bapak ya, Mark! Jangan judes terus. Tidak baik loh."

Sampainya Mark di dalam kelas, dimana pelajaran kali ini diampuh oleh pak Soman selalu dosen matkul teori komunikasi.

"Berhubung besok ada tugas kelompok, Bapak mau umumin kelompok kalian. Tugasnya adalah buat laporan mengenai teori komunikasi kelompok."

Pak Soman membacakan nama anggota kelompok satu per satu yang terdiri dari delapan orang. Saat nama Mark disebut, lelaki itu sudah waspada bila mendapatkan teman belajar yang usil atau menyebalkan. Dan, benar saja saat pak Soman bilang, "... Arjun Devan Senopati, dan Yeri Bullan Navia. Kalian kelompok 5 ya."

Shit! Mark mengumpat dalam batinnya. Dia melirik Yeri yang juga kaget dengan semua ini. Tapi gadis itu tak lama lalu tersenyum dan melambaikan tangan pada Mark. Dia berucap tanpa suara, "Kita satu kelompok."

Sepertinya hari ini, adalah hari apes bagi Mark.

"Kenapa mukanya ditekuk?" Yeri menjejeri Mark ketika kelas sudah berakhir. Langkah lelaki itu menuju arah parkiran, berhubung tidak ada kelas lain hari ini jadi dia akan pulang ke kos. Mahasiswa kupu-kupu adalah julukan yang tepat bagi Mark Leonardo, dimana dia tidak ikut segala macam organisasi, karena baginya belajar saja sudah cukup.

"Sombong banget dari kemarin. Hobinya diem ya?"

"Iya!" Mark serta merta mengucap itu dengan tegas dan ketus.

Yeri menghentikan langkah. Dia berbalik pergi sambil tangannya berkutat dengan hpnya.

08xxx777xxx
Besok kita ketemu bahas tugas kelompok.
SAVE NOMOR GUE, MARK ANAK DIDIKNYA PAK SURO!
BIAR NGGAK SALAH KIRIM TERUS!
Salam, Yeri.

Mark membaca pesan itu sebelum melajukan motor scoopy sky blue-nya. Dia memutar bola mata jengah, kemudian memasukan hpnya pada saku. Tentu, tanpa membalas dan tanpa menyimpan nomor perempuan yang bagi Mark super duper menyebalkan itu.

.....

Hai Guys!

Follow Ig: @taleofus.4 yaw! Utk liat update-an sosmed mereka, dan rekomendasi playlist dari Mark dan Yeri. Mari berteman!

*

Jangan lupa dengerin CHILD song by MARK guys! Kasih dukungan yang banyak ya sijeuni💚

Jangan lupa dengerin CHILD song by MARK guys! Kasih dukungan yang banyak ya sijeuni💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tale Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang