Yeri berulang kali menelfon nomor Jun namun tak kunjung diangkatnya. Masih pagi, namun sudah terjadi keributan, apalagi saat sang ayah turut bicara karena diberitahu pak Jae, bahwa Jun belum pulang dari semalam. Perempuan itu menggigit bibir bawahnya cemas, kedua kakinya tak bisa diam karena gelisah.
"Kak anterin sekolah!" Teriakan Jeno hanya angin lalu bagi Yeri dan pak Suro. Kedua anak ayah tersebut sibuk sendiri dengan urusannya perihal Jun.
"Kak Yeri, ada apa sih?"
"Kak Jun gak pulang semaleman. Terus gue-" Yeri terdiam menatap Jeno. Dia melirik sang ayah, lalu menyuruh Jeno keluar.
"Gue semalem ketemu Daniel," ungkap Yeri begitu jauh dari radar sang ayah. Nama itu termasuk hal sensitif bagi pak Suro.
Mata Jeno melebar, "Daniel udah balik? Dia apaain lo? Kok gak bilang? Bang Sena tau?"
"Nggak. Udah diem lo, diem. Masalahnya tuh gue denger semalem, Daniel nyulik Jun."
"Yang bener lo, Kak?!"
"Iya! Makanya gue bingung mau jelasin ke mereka gimana. Termasuk ayah. Kasian kalau dia tiba-tiba pingsan denger nama Daniel." Yeri berdecak kesal. Hatinya begitu tidak tenang pagi ini. Disisi lain dia ingin menemui Daniel, namun takut karena sendirian.
"Minta temenin sama bang Le, Kak. Dia pasti mau."
Yeri sempat terbesit hal itu, namun dia sangat tidak mau Mark jadi korban Daniel. "Ngaco! Gue gak mau libatin dia."
"Tapi lo harus, Kak. Dia bisa jadi penengah masalah lo, Daniel, sama bang Jun! Asal lo tau, bang Leo itu udah tau masalah lo sama Daniel." Jeno merapikan seragamnya lantas membenarkan letak tasnya. "Gue mau sekolah, Kak. Nanti gue pulang bantu bicara sama bang Leo."
"Jen! Jangan! Jeno!"
Jeno kali ini akan keras kepala. Selain dia ingin kakaknya itu ada temannya, dia juga ingin melihat seberapa jauh seorang Mark Leo berjuang demi cintanya. Jeno terkekeh sendiri, lantas melefon Emin untuk menjemputnya.
Yeri kembali masuk begitu Jeno menjauh dan mengabaikan ucapannya. Tunggu, apa katanya tadi? Mark sudah tau soal Daniel? Masalah apa lagi ini, my Lord! Setelah mengambil jaketnya Yeri lantas berpamit pada sang ayah bilang akan ke rumah Jun.
"Yeri? Nak?" Suara ibu Tiffany menyambut ketika perempuan itu sampai. Wanita dua anak tersebut memeluk Yeri dengan isak tangisnya. "Nak, ibu khawatir Jun kenapa-kenapa. Kalau dia pulang malem pasti hubungin keluarga, tapi semalem nggak. Hpnya nggak aktif pula, Nak."
"Yeri juga khawatir, Bu. Tapi yakin ya, kak Jun baik-baik aja kok."
Yeri menenangkan ibu Tiffany yang malah semakin terisak. Butuh waktu kiranya sepuluh menit, saat pak Jae datang, Yeri segera berlalu menuju kamar Giselle. Gadis itu sedang termenung di balkonnya ketika Yeri menyapa.
"Kak Yeri!" Giselle memeluk Yeri sejenak. Gadis itu lalu menceritakan lebih detail perihal Daniel yang menyakitinya, dan juga teman Jun yang bernama Mark menolongnya dulu.
"Tapi waktu itu Mark nggak dicelakai juga, kan Sel?"
"Nggak kok. Tapi gue denger telfonan bang Jun sama Mark tiga hari lalu."
"Apa? Apa?"
"Katanya, Mark mau bicara sama Daniel hari ini. Bang Jun kasih tau alamatnya juga. Karena katanya Mark gagal nemuin Daniel waktu di rumah sakit sebelum Daniel kabur."
"Mark ke rumah sakit juga? Nemuin Daniel, Sel?"
"Iya. Tapi ya itu nggak jadi ketemu, entah gara-gara apa."
Yeri menepuk pundak Giselle sekali, lantas bangkit. "Makasih ya, Sel. Kalau Daniel dateng kesini kasih tau gue segera."
"Iya, Kak Yer."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale Of Us
Fanfiction[novel] [end] ✔✔✔ Hanya dari kesalahan nomor saja membuat pemuda bernama Mark Leonardo Affandi, dekat dengan perempuan bernama Yeri Bullan Navia. Kedetakan mereka bukan sekadar manis-manis saja. Bahkan Mark rela merasakan sesak kala topik kehidup...