7 + 1 = 8

1.9K 160 7
                                    

Kiranya, hal apa yang bisa membuat Mark galau?

Memikirkan kekasih? Ah, iya, semangkanya itu belum juga sampai kerumahnya lagi. Taeyong masih merajuk gara-gara vidio klarifikasi 2 hari yang lalu. Jadilah satu keluarga yang terkena imbas.

Mark tak dapat jatah semangka, Jeno yang sepeda motornya disita, Beomgyu yang mendadak menjadi asisten dadakan Taeyong untuk menjual layangan di online shop, Sungchan pun, anak bungsu itu tak mendapat hukuman macam-macam, sih. Padahal Sungchan yang telah merusakkan Teve di rumah. Tapi Taeyong tak begitu pundung pada si bungsu.

Mungkin tindakan Sungchan hari itu sangat heroik dimata Taeyong dengan reflek menghancurkan teve agar keluarganya tak jadi menonton adegan tak senonoh. Jadilah, Sungchan mendapat keringanan. Hanya harus terus menemani Taeyong memasak sampai Jaehyun membawakan Teve baru.

Bukan disebut sebagai hukuman, sih. Itu memang sudah menjadi kebiasaan Sungchan juga. Jadi anak laki-laki itu tak terlalu ambil pusing.

“Gue ke sekolah mau dempetan pake apaan lagi coba..” rengek Jeno, memeluk Mark dengan erat. Sedih mendalam lantaran hobinya dengan para sahabat akan tertunda untuk beberapa hari lagi ke depan karena Jaehyun yang terus saja menunda untuk membawa Teve baru. “Aduh Kak.. Pinjemin motor lo ya buat besok gue sekolah.”

“Ngga mau! Kampus gue lebih jauh jaraknya dari sekolah lo! Ketimbang beda 5 komplek dari sini aja kudu pake motor! Udah deptilan aja sama Sungchan sana.”

“5 komplek muatamu njeblos! Sekolah gue jauh!”

Beomgyu pun sama sedihnya dengan Jeno. Pantatnya sudah rata karena dibonceng Sungchan, lantas, mau jadi apa pantatnya jika ia kembali dibonceng Sungchan dan harus berbagi jok sepeda dengan Jeno juga?

“Kejem banget itu Keluarga Wong ngedzolimin keluarga kita.”

Mark, Jeno juga Beomgyu kini tengah berkumpul di dalam kamar Mark. Minus Sungchan, karena hukuman untuk si bungsu itu kan membantu Taeyong. Jadi, keberadaannya disini akan sangat jarang sampai Jaehyun membawa Teve baru.

“Tapi itu flashdisk punya Om Yuta. Bang Lucas salah kasih flashdisk, katanya.” tutur Beomgyu.

“Calon mertua lo aneh-aneh aja lagian anying kelakuannya! Kok bisa-bisanya udah beristri masih aja ngoleksi film gituan! Mana diedarin ke seluruh komplek!” sembur Beomgyu pada Jeno yang masih asik mendusel di pelukan Mark.

Ingusnya tak mau berhenti keluar, Jeno kan jadi sungkan untuk menunjukkan eksistensi wajah bengepnya pada Beomgyu. Yang ada ia akan dioloki habis-habisan. Parahnya lagi jika Beomgyu sudah siaga dengan kamera gawainya, foto wajah bengep Jeno sudah dipastikan akan beredar ke satu situs milik komplek mereka.

“Ya mana gue tau dong! Anaknya mah manis banget! Bapaknya aja yang nyeleneh!” balas Jeno tak mau kalah. Meski suaranya teredam oleh punggung Mark.

Mark tabah sekali, padahal ia sadar Jeno tengah menyusutkan ingus juga air matanya di kaos yang ia pakai. Tapi Mark sama sekali tak berniat menghindar dari Jeno.

Tak apa. Tak apa. Mark masih sabar, kok.

“Gu-gue hanya ingin —anying, kepala gue sakit.”

“Gausah lawak lo jamet!” seru Beomgyu pada Jeno. Tangannya itu reflek melempar kotak tissue kearah Jeno.

“Sekarang beneran sakit!”

Nahkan.

“Lo pada kok ngga ngecek dulu apa isi vidio yang dikasih Lucas sebelum nunjukkin ke Bubu sama Ayah..” lirih Mark pada Jeno juga Beomgyu. “Tapi mau kesel sama lo berdua juga udah telat.” sambung Mark.

NANO JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang