“Bubu nitip martabak, Bang.”
Jeno menghentikan laju motornya barang sesaat, untuk mendengar dengan jelas apa yang Beomgyu katakan. Ia menoleh kesamping, mendekatkan telinganya dengan Beomgyu.
“Seriusan?”
“Nih, tadi Bubu nanya kita udah sampe mana, gue jawab baru masuk gerbang komplek, Bubu langsung nitip beliin martabak.”
Beomgyu menscroll layar gawainya, menunjukkan roomchat ia dengan Bubunya. Dan benar saja, Taeyong sedang ingin makan makanan tinggi kalori itu.
“Jam segini, abang-abangan martabak mana yang udah buka?” tanya Jeno mengawang-awang. “Paling nanti sorean?”
“Coba gue jawab bentar,”
Jeno mengangguki, lalu menunggu.
“Mau sekarang katanya Bang.”
Meski bingung, Jeno memutuskan untuk memutar balikkan arah sepeda motornya keluar gerbang komplek, mencari abang-abang martabak yang barang kali sudah membuka lapaknya di pinggiran jalan.
Belum sempat keluar dari gerbang, ia berpapasan dengan Sungchan yang baru saja tiba. Mereka kembali mengambil tempat untuk mengobrol barang sejenak.
“Kok keluar lagi? Mau kemana?”
“Bubu nitip martabak. Lo tau dimana lapak martabak yang udah buka jam segini?”
“Pada belum. Temen gue ada yang jualan martabak aja jualinnya jam 5-an. Jam 3 gini masih persiapan kali dia?”
Helaan nafas Beomgyu mengudara dengan raut wajah yang resah. Tak sampai hati ia mengatakan pada Taeyong bahwa lapak martabak banyak sekali yang belum mengedar pada jam 3 waktu setempat.
“Yaudah, gue sama Gyu rencana mau keliling, barang kali ada yang persiapan buka lapak.”
“Uchan bantu, Bang. Kita mencar aja, biar cepet dapet. Kalo udah dapet, saling telpon aja, kalo chat takut ngga kedengeran.”
“Ok. Gampang.”
...
Pukul 5 lebih 45 menit, Jeno, Beomgyu juga Sungchan baru saja tiba di rumah. Perjuangan 2 jam lebih untuk mencari sekotak martabak yang Bubu mereka inginkan. Karena mereka terlalu terfokus saat mencari, sehingga kedua belah pihak tak ada yang mengabari satu sama lain, membuat Jeno, Beomgyu membeli 3 kotak martabak sekaligus, dan Sungchan membeli 2 kotak sekaligus.
Bayangkan mereka akan semabuk apa karena dijejali oleh banyak makanan berkalori tinggi itu.
Tenang-tenang, mereka tak begitu tamak, masih banyak tetangga yang dengan tangan terbuka menerima kelebihan asupan dari mereka.
Komplek Neo memang adatnya senang berbagi satu sama lain. Tak jarang rumah Jung juga sering kelimpahan banyak makanan.
“Lupa kabarin ya saking senengnya dapet abang martabak..” nanar Beomgyu, mengukir tawa getir. Begitu speechless pada 5 kotak martabak yang ia saksikan. “Mana 2 jam lebih sampe ga kerasa..”
Beomgyu sebenarnya tak apa, serius, ia ikhlas demi Taeyong. Tapi pantatnya seperti kurang menerima kenyataan.
Pegal, bor.
“Masuk aja udah masuk, udah mulai gelap juga. Kasian Bubu daritadi kepingin malah kelamaan nungguinnya.” ujar Jeno menengahi.
Mereka bertiga masuk berbarengan, dengan plastik martabak yang tertenteng pada tangan Beomgyu juga Sungchan.
Sesampainya di dalam rumah, si kembar tak lagi melanjutkan langkah. Membarikade jalan, membuat Jeno yang tak paham, turut berhenti tanpa tahu alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANO JUNG
HumorKerandoman keluarga Jung bener-bener udah mirip sama permen nano-nano. Ngga karuan. ❗Warn, it's a bxb zone. Dilarang salah lapak atau kamu saya depak❗