27 + 1 = 28

539 68 7
                                    

BUBUUU!!! BANG JENO-NYA GANGGUIN GYUU TERUUUUS!!!! IH!!! LO DIEM GA?! BUBUUUUUUUUUU!!!!!

Mendengar keributan yang sepertinya sudah menjadi kebiasaan itu membuat Mark seketika berfikir, sebenarnya Jeno itu terlahir bagaimana?

Jeno nampak sangat petakilan. Tingkahnya tak mampu di prediksi. Meski Mark tak menyangkal jika Keluarga Jung memiliki semua dna petakilan, tapi Jeno—

“SAKIT!! A-A- NGAHAHAHAH TAPI BOONG!”

Suara langkah kaki yang berlarian di lantai dua kini mulai mengalihkan atensi Mark. Mencoba untuk kembali fokus pun percuma. Mark tak bisa mengerjakan laporannya di situasi yang sangat damai ini.

Untuk mencari inspirasi baru, Mark memutuskan untuk menghampiri Ayahnya yang tengah memperbaiki daun pintu lemari di dapur yang tempo hari terlepas dari engselnya.

Ulah Jeno juga Beomgyu.

“Ayah.”

“Ya?”

TUGAS GUE GA SELESE-SELESE INI BANG! GAUSAH GANGGUUUUU!!!!!!!

Mark menghela nafasnya. Mencoba untuk tetap mempertahankan kewarasannya yang kini mulai terkikis akibat tugas mata kuliah, ditambah kericuhan kedua adiknya. Mark memutuskan untuk lebih mendekat pada posisi dimana Jaehyun tengah berjongkok. Memperhatikan setiap putaran obeng yang Ayahnya gunakan untuk memperbaiki engsel yang sudah tak berbentuk engsel sewajarnya itu.

“Kenapa?” Jaehyun melempar tanya. Menoleh sekilas pada Mark saat anak sulungnya itu mendekat. Kemudian ia kembali berfokus pada pekerjaan sampingannya. “Gimana tugas kuliahnya? Beres?" kembali bertanya tanpa menoleh.

Kini suara alat besi dan teriakan Beomgyu terdengar bersahut-sahutan. Namun Mark lebih memilih untuk tetap berdiam diri —mengerjakan tugas mata kuliahnya dirumah. Enggan pergi keluar untuk mencari inspirasi.

“Belum, Yah.”

“Susah? Mau Ayah bantu?”

GUBRAK! PRAK!

HAYOLO PECAH! GA TANGGUNG JAWAB GUE! LO AJA SANA YANG BERESIN!”

Jaehyun nampak tak terusik sama sekali. Ia bahkan sempat-sempatnya bersenandung ria ditengah keributan yang dibuat Jeno juga Beomgyu.

“Engselnya encok, Mark. Kasian dia.”

Mark sejenak terhibur oleh celetukan mendadak Jaehyun saat Jaehyun mengangkat engsel abnormal yang diciptakan kedua adiknya. “Bawa ke tukang urut aja apa ya?”

Bagaimana tidak semakin meledak humor Mark ini?

“Nah, selesai.” Jaehyun menepukkan kedua tangannya, bangkit dari acara berjongkoknya lalu meregangkan tubuh atletisnya selama beberapa saat. Ia tak sadar jika Mark masih berada disini, menemaninya mereparasi engsel lemari. “Kamu ini mau ngomong apa, Mark?”

“Kok tau Mark mau ngomong sama Ayah?”

“Insting.”

Berhubung kegiatannya sudah selesai, Jaehyun berniat mengajak Mark untuk mengerjakan tugasnya di depan rumah saja. Dan segera disetujui oleh si sulung. Sembari Mark memindahkan laptop-nya ke luar rumah, Jaehyun sibuk membuat secangkir kopi juga satu gelas susu untuk Mark yang mungkin membutuhkannya. Setelahnya, ia menyusul Mark keluar rumah.

“Nih, minum. Biar tambah tinggi.”

Mereka berdua kemudian terdiam selama beberapa menit. Menyibukkan diri dengan kegiatannya masing-masing. Mark dengan laptopnya, Jaehyun dengan secangkir kopinya. Sesekali menyapa tetangga yang memang tengah melintas.

NANO JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang