“Udah gitu, kita pacaran.”
Jeno seketika saja memelas. Netranya menatap lesu pada punggung Taeyong. Sedangkan bahunya sudah merosot entah sejak kapan. Mungkin faktor Jeno kelaparan.
“Kok jaman dulu gampang banget mau ngajak pacaran. Jaman sekarang udah di kasih kode keras susah banget dapet.” eluh Jeno. Tangannya bergerak ke arah tengkuk, lalu naik menyusuri surainya untuk diacak-acak. “Aaaaaaaaaa,”
Beomgyu mendelik sinis ke arah Jeno. Mungkin jika dalam film kartun, tubuh Jeno sudah terpanggang hingga over karena delikan sinisnya Beomgyu. Setelah itu, anak ketiga Jung berdecak. “Lo kode mulu ditembak mah ngga.” semburnya. Beralih atensi pada Taeyong dengan wajah memelas, “Tuh kan, Bu. Bang Jeno mah ngenes. Beomgyu malu!”
Taeyong menggeleng maklum. Senyum tipis —lebih tepatnya senyum pasrah— terpasang, lalu berujar. “Kamu tau sendiri Jen, ngga semua uke itu peka. Kalo ngga kamu gas, ya siap-siap aja uke inceranmu digondol seme yang gerak cepet. Kode-kodean jaman sekarang emang masih jaman?”
Beomgyu sukses dibuat terbahak saat Taeyong menyerang Jeno dengan kata-katanya. “Dengerin! Cemen lo kalo sampe seminggu lagi belum juga jadian!”
“Bubu! Lanjuut..”
“Mulut Bubu capek ini. Kamu ngebet banget pingin tau itu kenapa?”
“Cerita Bubu seru soalnya.. Ngga kayak ceritanya Bang Jeno.. Tragis ter—”
“TROOSSIN GYU! GUE MULU!”
...
“Kak, Teh, Mbak, Mas, Aa'—”
Taeyong benar-benar pusing. 2 gelas ice coffe tak mampu membuat pikirannya menjernih. Tingkah random Jaehyun memang menggemaskan, tapi semakin Taeyong amati, itu membuatnya —eurgh.
“Sayang.” sela Taeyong. Netranya menatap langsung pada netra yang lebih muda. Sedangkan Jaehyun yang ditatap sebegitu intensnya hanya bisa meneguk salivanya perlahan. Gugup.
“Ap-apa?”
“Ngga usah pake panggilan Teteh, Aa', Kakak, Mas, Mbak. Panggil aja aku 'sayang'.”
“T-tapi..”
“Kenapa? Kita pacaran kan?”
...
“Ayah kalian berdua emang gitu sebelum ketemu Bubu.” tutur Taeyong. Menjeda kalimatnya untuk sekadar membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Setelah minum, ia kembali melanjutkan. “Tapi beres Bubu di ganggu sama temen Bubu di SMA, Ayah kalian berubah drastis.”
Mark menganga mendengar penuturan Taeyong. Padahal ia tak mendengar ceritanya dari awal. Tapi ia sedari tadi mengiya-iya saja. Tak apa minim informasi untuk sekarang, nanti akan ia pinta Jeno atau Beomgyu menceritakan ulang. Soalnya memang sedari chapter 1 + 1 = 2, Mark sudah penasaran, hanya saja bingung harus bagaimana bertanya pada Taeyong.
“Berubah gimana Bu?”
Taeyong mengangkat bahunya sejenak. Nafas lelahnya mengudara. Mulutnya sudah pegal, tolong. Tapi tak tega juga jika mengabaikan pertanyaan juga rasa penasaran anak-anaknya. “Dari yang kalian tangkap, awalnya Ayah kalian itu gimana?” Taeyong malah melempar pertanyaan baru. Yang mampu merespon hanya Beomgyu. Jeno tak terlalu paham, karena ia tak mendengarkan sedari awal. Mark apalagi. Hanya mendengar dari 'Kak, Teh—' sampai keselanjutannya.
“Anak rumahan yang keliatan jarang gaul banget sih Bu..” jawab Beomgyu. Diangguki Taeyong dengan cepat disertai senyum yang merekah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANO JUNG
HumorKerandoman keluarga Jung bener-bener udah mirip sama permen nano-nano. Ngga karuan. ❗Warn, it's a bxb zone. Dilarang salah lapak atau kamu saya depak❗