30 + 1 = 31

354 36 0
                                    

Tanpa rencana, tanpa ada niat, Taeyong, Jeno, Beomgyu, juga Sungchan serempak mempunyai janjinya masing-masing di hari libur mereka. Tersisa Jaehyun juga Mark yang kebetulan sekali tak mempunyai kegiatan juga janji dengan sesiapapun.

Mengakali hal itu, mereka berdua sepakat untuk menghabiskan quality time, mengingat interaksi mereka berdua semakin hari semakin menipis lantaran kesibukan yang sukar mereka abaikan.

Agenda pertama mereka hari itu, berencana untuk berolahraga di gym. Tempatnya cukup dekat, masih berada di dalam jangkauan komplek perumahan mereka.

Menuruti rencana awal mereka yang ingin quality time, mereka memutuskan untuk pergi kesana menggunakan sepeda. Satu milik Jeno yang dipakai oleh Mark, dan satu lagi milik Sungchan, dipakai oleh Jaehyun.

“Tumbenan Ayah ngga ikut Bubu?” membuka sesi pertanyaan, Mark menoleh singkat pada Jaehyun. Kembali mengatensikan netranya pada jalanan yang akan ia lintasi. “Biasanya Ayah ngotot mau anter kalo Ayah lagi free.”

Mengayuh sepeda dengan tempo yang terlampau santai, membuat angin sepoi secara halus menyapa lembut wajah tampan mereka berdua. Jaehyun berdeham singkat sebelum menjawab. Mengalihkan pandang, lalu mulai membuka belah bibirnya, “Ayah ngotot anterin kalo Bubu bakalan di anter-jemput sama orang yang ngga Ayah kenal. Sedangkan ini, Sungchan udah ambil alih duluan. Ayah percaya sama dia,” ujar Jaehyun.

Terdiam dalam waktu yang singkat, Mark menyadari jika Ayahnya memiliki rasa kekhawatiran yang cukup besar. Entah pada Taeyong, anak-anaknya, maupun anggota keluarganya yang lain. Meski Jaehyun jarang mengutarakannya secara terang-terangan, Mark tahu, keluarganya tahu. Cara Jaehyun yang langsung melakukannya tanpa mengutarakan keresahan hatinya sudah cukup menjelaskan.

Menyadari anak sulungnya terlihat melamun, Jaehyun tersenyum kecil. “Iya, Mark. Ayah punya trust issue.”

Mereka kini sampai di depan bangunan gym setelah menempuh jalanan lenggang komplek yang teduh. Memarkirkan sepedanya di tempat khusus untuk sepeda, Jaehyun juga Mark kini beralih masuk.

“Apa ada alasan khusus, Yah?” Mark merupakan tipe orang yang sukar menahan rasa penasarannya, persis Taeyong juga Beomgyu. Memang satu aliran DNA mereka ini. “Semisal Ayah ngga nyaman sama pertanyaannya, Ayah ngga perlu jawab.”

Peregangan menjadi hal utama yang mereka lakukan sesaat setelah mereka sampai di dalam. Menyapa seluruh anggota gym —faktor gym milik komplek perumahan, semua anggota gym sudah dipastikan tetangga mereka. Tak mungkin juga mereka acuh tak acuh saat melintasi mereka yang terlebih dahulu datang.

“Dulu Ayah terlalu gampang percaya sama orang lain. Selain Ayah pernah sempet dimanfaatin karena itu, Ayah juga pernah sampe nyelakain Kakaknya Ayah sendiri. Sebabnya masih sama, Ayah yang gampang percaya sama orang yang ngga bener-bener Ayah kenal.”

Raut sendu itu tak bisa Jaehyun kontrol. Dan netra Mark dengan jelas menangkapnya. Seberusaha apapun Jaehyun menampik, Mark akan tetap menyadarinya.

Ikatan yang terjalin antara Ayah dan Anak biasanya kuat, kan?

“Kalau kamu penasaran, Ayah bisa cerita. Dijadiin pelajaran juga buat kamu kedepannya ya, Kak?”

Aura Jaehyun mendadak berbeda. Apalagi saat nada teduh itu menyerukan panggilan 'Kak' yang biasa disematkan oleh Jaehyun pada anak-anaknya disaat ia tengah membicarakan hal serius.

Walau intensitasnya minim.

Jaehyun termasuk Ayah yang santay.

Meski jiwa terbantay.

“Iya.”

Mampu apa Mark menolak meski dirinya tak enak hati lantaran telah membuka luka lama Ayahnya? Biar dilanjut saja, pikirannya menolak untuk ia menghentikan rasa penasarannya. Meski hatinya ingin.

NANO JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang