13 + 1 = 14

1.2K 126 11
                                    

Jam 7 malam, lebih tepatnya waktu makan malam tiba, anak-anak Keluarga Jung masih rusuh membuat santapan di dapur. Mark, Jeno juga Beomgyu pergi ke dapur dengan helmet yang terpasang apik di kepala mereka. Entah untuk tujuan apa helmet itu digunakan di area dapur. Positif saja, itu dipakai mereka untuk berperang.

Sprash! Clak-clak! Sprash!

"Minyaknya nyampe sini Bang! Lo kira-kira lemparin ikannya anjir! Tangan gue kecipratan!" Beomgyu benar-benar parno sekali memasak bersama kedua Kakaknya. Benar-benar tak berguna.

Malam ini merupakan malam pertama anak-anak Jung tanpa kedua orang tua mereka. Dan mereka tengah menyiapkan makan malam untuk mereka santap malam ini. Dan untuk itu, mereka berbagi tugas.

Di depan kompor ada Jeno yang menungging-nungging guna menghindari cipratan minyak. Lalu disisian meja bar ada Mark yang berjongkok sembari menutupi tubuhnya sendiri menggunakan kain taplak meja yang entah ia dapat dari mana. Juga Beomgyu.. bagaimana mau menjelaskan, ya?

Beomgyu sudah sibuk memanjat kitchen cabinet. Tak peduli seberapa kuat kayu itu menumpu beban tubuhnya Beomgyu, akan Beomgyu terobos saja. Ia lebih takut minyak panas itu mengenai kulitnya daripada takut akan jatuh dan tertimpa tumpukan panci koleksi Taeyong. Lagipula, terjatuh dan tertimpa beban itu sudah biasa. Ingat kan jika Beomgyu senang ribut dengan Jeno?

"Lo bantuin aja kagak! WOASHU! MINYAKNYA GANAS! Kak Mark! Lo ngapain ngump-AAaaaAa!"

Lalu kemana si bungsu kalem nan tenang yang gemar sekali membantu Taeyong di dapur?

Sungchan sedang -ukhm. Versi membualnya, Sungchan sedang mengerjakan tugas praktikum. Versi jujurnya, Sungchan sedang melakukan sambungan video call dengan seorang laki- laki manis di kamarnya. Enggan di ganggu.

Mari biarkan si bungsu melancarkan aksinya pada calon kekasih -eh?

"GUE GABISA LIAT INI MATENG APA BELOM ANJEENG!"

Jeno saja memang yang berani dekat dengan kompor meski keberaniannya hanya sebesar batang korek api. Patut diapresiasi. Iya, di apresiasi dengan ikan goreng gosong.

"KAK MAAARK! BANTUIN!"

Mark semakin tak berani mendekat saja saat minyak itu berbunyi semakin nyaring. Si sulung itu sibuk mengingat-ingat kesalahan apa yang mereka bertiga perbuat dalam menggoreng ikan. Mengingat Taeyong jika menggoreng ikan tak pernah seheboh ini.

"ANGKAT DULU ITU YANG BAWAHNYA BANG! LO MAH NAPSU BANGET LEMPARIN IKANNYA ANJIR! JANGAN DI LEMP-AR! KENA GUE LAGIIIIII!!!!"

Tak lama kemudian, aroma ikan gosong tercium. Tak usah heran lagi. Meski samar, sudah dipastikan itu bau gosong dari ikan yang tengah digoreng oleh mereka sendiri. Tak usah salahkan tetangga juga, kasihan jika kena tuduh terlalu sering.

"Matiin kompornya Jen!"

Setelah kompor dimatikan, dimenit kemudian, minyak panas itu kembali tenang meski beberapa kali terdengar bunyi cipratan. Mereka menatap miris panci penggorengan yang kini menampakkan ikan goreng -nyaris gosong yang terombang-ambing di dalam genangan minyak. Hanya satu ekor ikan goreng saja yang berhasil Jeno selamatkan. Mana lagi ikan itu sudah benar-benar menghitam dibeberapa bagian. Tak bisa lagi di makan. Rasanya pun akan tak karuan jika dipaksakan.

"Udah gue saranin tadi pesen online aja kenapa sih!" omel Beomgyu yang kini telah sukses merayap diatas lemari pendingin. Jangan tanya bagaimana Beomgyu bisa sampai disana. Beomgyu sendiri tak sadar.

"Inget kata Bubu, Gyu. Makanan olahan dari luar itu rawan pelet! Gue ganteng soalnya." timpal Jeno.

"Ngga ada hubungannya anjir!"

NANO JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang