33 + 1 = 34

290 29 13
                                    

Barang kali memang sepertinya setiap makanan yang masuk kedalam lemari pendingin maupun dapur, wajib sekali untuk di beri hak paten agar kondisi dimana hak kita sebagai konsumen tak di selundupkan atau di gelapkan tanpa kita sadari.

Seperti hari ini.

Jeno datang dengan senyum cerah di sabtu sore. Mengunjungi dapur dengan niat ingin memanjakan indra perasanya dengan beberapa scoop eskrim. Merasakan bagaimana gumpalan susu dingin itu meleleh di lidahnya sampai otaknya terasa beku. Membayangkannya saja sudah membuat Jeno senyam-senyum seperti orang kurang waras.

Bagaimana jika ia langsung mengeksekusinya?

Waah.

Lemari pendingin itu Jeno buka tanpa sekelibatan pikiran buruk mengikuti. Semakin lemari pendingin itu terbuka, semakin lebar juga ukiran senyum yang Jeno pasang di wajahnya.

Dan pada saat yang ia tunggu, seonggok--satu mangkuk sedang berisi eskrim itu terakreditasi kopong. Nampak dari sisi saja terlihat penuh dan utuh, rupanya bagian tengah dari mangkuk itu sudah dikeruk habis, menyisakan kerak eskrim tipis di sisiannya. Yang sempat mengecoh pandangan Jeno.

“Tempo hari gue isiin ini freezer ISINYA PADA KEMANA YA?!”

Menyindir dengan begitu lantang, Jeno pelakunya. Sembari menyandarkan sikunya di daun pintu lemari pendingin, Jeno mengerutkan kening sarat emosi yang akan meluap-luap dengan wajah super slengeannya.

Jelas, bagaimana bisa Jeno tak slengean, jatahnya ini sudah di keruk habis oleh oknum tak bertanggung jawab. Mana bisa ia santai saja. Akan lebih baik jika wadahnya benar-benar bersih dan tak perlu lagi di simpan di freezer, mengantisipasi ia yang terkecoh. Tapi sebaliknya, wadah itu disisakan dengan isi yang menghilang entah ke perut siapa.

“Heran, banyak bener kejadian penggelapan bahan pangan gini.”

“Ah buset!”

Rencana sabtu sore Jeno, batal.

...

“Sungchan mau keluar sebentar yaaa?!”

Tidak seperti biasanya si bungsu berpamitan sembari menaikkan tempo suaranya begitu. Alasan yang mendasari Sungchan berteriak, tidak lain karena semua anggota keluarganya tengah sibuk di kamarnya masing-masing, Sungchan pribadi enggan mengganggu, lebih baik ia berpamitan dari luar saja. Masih terdengar kok sampai lantai atas.

Mungkin saja.

Sungchan kini naik keatas sepeda motornya, sembari memasangkan helmet, safety first, meski ia hanya pergi ke depan, itupun sebentar, helmet jangan lupa pakai. Musibah tak ada yang tahu, katanya.

Cengiran luwes itu senantiasa Sungchan beri saat melihat sepeda motornya, masih tak menyangka fakta bahwa kini ia memiliki sepeda motornya sendiri.

Sejenak ia tak begitu memperhatikan garis merah yang kini bergulir ke arah huruf E. Namun saat ia memutar kunci, kerut bingung mulai muncul di area dahinya. “Loh?”

Beberapa kali juga Sungchan mencoba menstarter sepeda motornya, namun tak kunjung menyala. Sampai akhirnya ia sadar, bensinnya habis.

“Baru kemaren ya Sungchan isi ini bensin! Kok udah abis aja?! Dipake balik kampung apa gimanaaaa?!”

Poor uri maknae Jung..

...

Malam hari, Mark baru saja tiba di rumah. Jam makan malam sudah lewat, sedangkan ia belum sempat mengisi perutnya dengan makanan berat sore tadi. Ia kini lemas. Meski begitu, Mark tetap memprioritaskan kebersihan juga kehigienisan tubuh. Mengabaikan rasa lapar, Mark langsung pergi ke kamarnya guna membersihkan diri terlebih dahulu.

NANO JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang