5 + 1 = 6

2.3K 215 0
                                    

Sungchan baru saja selesai mandi. Membersihkan diri dari segala peluh yang ia dapatkan dari hasil mengayuh sepedanya.

For Your Information sedikit, sepeda Sungchan merupakan sepeda hasil usaha ia memenangkan sebuah lomba di acara Agustusan. Sungchan kala itu ikut lomba tak melakukan apa-apa. Karena Sungchan yang kebingungan tiba-tiba saja didorong oleh Jeno juga Beomgyu ke tengah lapangan, Sungchan langsung diikut sertakan dan semakin bingung. Karena gestur alaminya itu, Sungchan dinyatakan menang. Alasan itu yang menjadi landasan utamanya untuk terus memakai sepedanya, setidaknya sampai benar-benar rusak dan tak bisa lagi diperbaiki, baru Sungchan akan menggantinya.

Sebenarnya Jaehyun juga Taeyong berkali-kali menawarkan sepeda motor keluaran terbaru pada Sungchan. Mereka juga tak tega disaat Mark juga Jeno memiliki sepeda motor keren, sedangkan Sungchan terus mengayuh sepeda. Bukan malu atau semacamnya —harga sepedanya cukup fantastis jika dikira mereka akan merasa malu, kan Jaehyun juga Taeyong enggan dikatai pilih kasih. Meski kenyataannya Sungchan yang kekeh ingin memakai sepeda saja. Berbeda dengan Beomgyu yang lebih memilih untuk menumpang dari pada susah-susah mengisi bahan bakar kendaraannya sendiri.

Ah ya, berhubung kegiatannya kali ini tak ada yang menarik, Sungchan memilih untuk merebah saja didalam kamar sebelum Taeyong memanggilnya keluar untuk makan malam.

Dan saat tengah menikmati acara rebahannya itu, getaran di gawainya mengalihkan rasa kantuk yang sejenak menyerangnya. Matanya seketika terbuka kembali. Sungchan segera menghampiri gawainya, siapa tahu itu sesuatu yang penting.

"Halo.."

"Ya? Ini siapa?"

"Tolong bantuin saya. Saya kecelakaan, dan saya kebetulan lagi ga punya uang-"

Belum selesai orang itu bicara, Sungchan sudah berlarian keluar kamar dengan terburu. Ia menghampiri siapa saja yang ditemuinya di rumah. Dan yang pertama ia temui, Mark. Kakak sulungnya.

"Kak, tolong! Ini, ada yang minta tolong sama gue. Katanya kecelakaan, terus dia ngga punya uang, lo bisa kirim dia uang? Hhh, kasiaan.." tutur Sungchan dengan nafas memburu. Anak laki-laki itu bahkan sampai membungkuk karena nafasnya yang tersenggal.

Mark yang disodori gawai secara mendadak itu mengerut keheranan. Tangannya mengambil alih gawai di tangan Sungchan lalu mengamati layarnya itu.

"Halo?"

"Oi! Kok ngilang?!"

"Siapa?"

"Salah satu keluarga kamu. Tolong bantuin saya, ya? Transfer uang ke no reken-"

"Siapa yang nanya."

Mark mengakhiri sambungan terlebih dahulu. Lalu memblokir nomor tak dikenal yang muncul di riwayat teratas. Setelahnya sulung keluarga Jung itu memberikan kembali gawai pada pemiliknya yang nampaknya masih panik.

"Kok?"

"Jangan percaya gituan. Lo hampir ditipu kalo aja ngga langsung cari orang lain." tutur Mark. Menggapai bahu Sungchan, lalu menepuknya beberapa kali. "Umur lo berapa taun sih?" kekeh Mark kemudian. Merasa kesal sekaligus terhibur dengan kelakuan adik bungsunya.

"Siapa tau itu beneran sodara kita. Kan, ngga ada yang tau!"

Mark menggeleng maklum akan respon Sungchan. "Kalo ada telpon juga pesan dari nomor yang ga lo kenal, lo kudu langsung kasih tau gue, atau Jeno, bagusnya sih langsung ke Bubu aja. Ngandelin Beomgyu ga terlalu berguna, dia malah seneng iseng sama yang nipu. Jangan langsung ke Ayah juga, Ayah sibuk, pasti langsung ngeiyain aja apa yang dia denger tanpa mikir panjang." nasihat panjang Mark membuat Sungchan makin bingung. Otak cerdas juga sikap kalemnya mendadak tak berguna.

NANO JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang