22 + 1 = 23

945 113 27
                                    

Hari kedua Beomgyu demam, keluarga Jung makin panik lantaran suhu tubuh Beomgyu tak kunjung turun.

Jeno juga Sungchan bahkan tak fokus saat sekolah berlangsung. Mereka berdua sampai sangat menanti-nanti waktu pulang tiba.

“Kalian berdua sekolah aja. Dirumah ada Ayah sama Bubu yang 24 jam bakalan pantau kondisi Beomgyu kok.”

Itu suara Mark yang si sulung rekam melalui voice note. Di kelasnya sendiri Mark juga sama tak fokusnya dengan kedua adiknya. Tapi sebagai sulung Jung, ia harus berperan menjadi penengah saat adik-adiknya tengah mengalami rasa cemas.

“Enak banget itu congor ngomong. Padahal sendirinya juga pasti sama ga tenangnya.” cibir Jeno. Tapi setelahnya ia meminta maaf dalam diam seraya memejamkan mata. Berharap agar ia tak kualat pada Kakaknya sendiri.

Sedangkan di sudut pandang Sungchan..

“Kak Mark bener. Gue harus fokus ngejar catatan. Biar pas A' Beomgyu sembuh, gue bisa kasih catatan gue. Kasian juga kalo A' Beomgyu ketinggalan materi.”

Pengertiannya si Bungsu Jung satu ini.

...

Sungchan kala itu tengah menunggu kedatangan Mark di depan gerbang sekolahnya. Sulung Jung itu menawari si Bungsu untuk menjemputnya tepat di depan sekolah, karena alasan Sungchan yang tak membawa sepeda motor barunya.

Fyi sedikit, tadi pagi Jeno juga Sungchan terburu pergi ke sekolah. Alasan klise, terlambat. Karena Jeno juga kebetulan tengah kosong tumpangan, Sungchan jadi diajaknya untuk berangkat bersama.

Itu yang menjadi alasan kenapa Sungchan tak membawa sepeda motornya.

Lalu mengapa tak pulang sekalian bersama Jeno saja?

Slot penumpangnya sudah penuh.

“Jeno dimana?” tanya Mark yang baru saja tiba dengan sepeda motornya itu. Penampilan Mark masih saja oke meski dengan style seadanya itu. Ditambah lagi wajah Mark sangat mendukung. Apapun akan terlihat oke jika Mark yang mengenakan. “Udah pulang duluan?”

Sungchan menerima uluran helmet dari Mark. Kepalanya mengangguk kecil, mengiyakan lontaran pertanyaan dari Mark. “Tadinya Bang Jeno ajak gue, cuma gue ngga enak sama Kak Haechan juga Kak Jaemin yang nyamperin Bang Jeno sampe parkiran buat pulang bareng.” tuturnya menjelaskan. Biar saja Mark tak bertanya, Sungchan akan tetap menjelaskan secara detail.

“Yaudah, ayo balik.”

Diperjalanan pulang, yang bisa Sungchan lakukan hanya memandangi jalanan yang ia lewati tanpa ada percapakan apapun. Mark tipe orang yang jika tengah fokus pada sesuatu, apapun yang berada di sekitarannya menjadi invisible. Beda cerita jika Sungchan tengah memboncengi kembarannya yang tengah sakit di rumah itu. Apapun yang menarik perhatiannya, akan Beomgyu bahas sampai Sungchan sendiri lelah merespon.

“Kak,”

Mark mana dengar. Kondisi tengah berada di atas sepeda motor, lalu intonasi yang digunakan datar begitu, mana bisa jelas tertangkap oleh indra pendengaran Mark.

“LO MANGGIL CHAN?!”

Rupanya Mark pengecualian.

“IYA!!”

“KENAPAA?!”

“BUBU NITIP PLESTER DEMAM. MAMPIR KE MINIMARKET DULU!”

“APAAN?! GANGSTER?! DIMANA?!”

“IYA!! DI MINIMARKET DEPAN AJA KAK! JANGAN JAUH-JAUH! KASIAN BUBU NUNGGUIN!”

“OKE!”

Opsi terbaik saat ingin menyampaikan sesuatu dan kebetulan tengah berada di atas motor adalah; lebih baik berhenti terlebih dahulu daripada kesalahpahaman terjadi.

...

Sepeda motor milik Mark kini mulai memasuki area komplek perumahan. Dan Sungchan sedari tadi sibuk menggaruk kepalanya meski tak terasa lantaran kepalanya itu dibungkus oleh sebuah helmet. Berkali-kali juga Sungchan menengok ke arah belakang; arah minimarket yang sudah tak terlihat eksistensinya.

Lantas, karena kebingungan, Sungchan menepuk pundak Mark dengan pelan. Mengisyaratkan Mark untuk singgah ke sisian jalan barang beberapa menit saja.

“Berhenti dulu deh Kak.”

Mark menuruti. Lalu menolehkan kepalanya pada Sungchan. Raut wajahnya menunjukkan tanda tanya yang tak begitu kentara pada si Bungsu. “Kenapa?”

“Kelewatan itu tadi.”

“Lah?”

“Kan tadi gue bilang, buat mampir ke minimarket dulu, Bubu nitip plester demam buat A' Beomgyu.” ujar Sungchan. “Kok kebablasannya jauh banget.. Gue kira lo mau cari minimarket lain.”

Mark justru membuka helmetnya. Raut bingungnya terasa semakin kentara saja. “Kapan bilang?”

“Tadi itu pas masih di jalan.”

“Gue dengernya gangster anjir? Jadi gue nyari jalan yang jauh kayak yang lo bilang?”

Mark juga Sungchan sama-sama dibuat speechless. Mungkin ada baiknya mereka menggali emas di dalam lubang telinga sebelum berbicara sembari berkendara di atas sepeda motor.

“Plester demam. Ke minimarket depan, biar ngga jauh.”

Mark menimpal, “Gangster. Di minimarket. Cari jalan yang jauh.”

Selanjutnya Mark juga Sungchan tergelak akan kekonyolan mereka sendiri. Setelah tawa mereka —terutama Mark— mereda, Mark langsung memutar balikan sepeda motornya untuk pergi ke minimarket.

Membiarkan Beomgyu yang demamnya sudah turun karena Jeno yang menggosokan es buahnya pada dahi Beomgyu.

“Bentar lagi gue yakin ada koloni semut dateng ke jidat lo. Ntar ternakin buat investasi.”

Beomgyu tak mau ambil pusing. Lantas kepalanya mengangguk sekali sebagai persetujuan.

“Oke.”

...

Lebih pendek dari part-part sebelumnya. I'm sorry.

Anw, yang kemarin-kemarin minta Beomgyu sakit, done ya! :D

Maaf kalo ngga memuaskan ekspetasi kamu XD

Kalo ada lagi yang mau request macem 'Coba Jaehyun dibuat bla-bla-bla, mau liat' boleh banget! Apa ajaaa, ntar aku coba buat nyesuain part.

Okey, see you di chapter berikutnya yaaa.

NANO JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang