Rumah yang sama (bab 2)

2.2K 224 20
                                    

Author pov.

Marvel datang dengan membawa dua plastik berisi belanjaan kebutuhan dapur. Pria itu bergumam sendiri seingatnya dia tadi menutup pintu gerbang. Lalu kenapa sekarang pintu gerbang terbuka lebar.

Marvel makin dibuat heran saat pria itu melangkah menuju pintu masuk, di halaman ada sepeda mini tergeletak asal dengan sayuran segar berserakan di sekitar sepeda. Dalam hati pria itu bertanya-tanya sepeda siapa? Sejak kapan rumah ini kedatangan tamu?

Sesampainya di depan pintu masuk, Marvel merogoh saku celananya untuk mengeluarkan kunci rumah.

Grek

Pintu terbuka.

Marvel terdiam. Melihat suasana dalam rumah yang dingin mencekam. Bos sekaligus sahabatnya duduk melipat kedua tangannya di dada dengan kaki menyilang. Memandang lurus ke depan, ke arah seseorang bertubuh mungil dan berkulit putih, sedang berdiri sambil menundukkan kepala. Kedua tangannya bertaut memainkan ujung kuku jari-jemarinya.

"Ada apa ini? Mana malingnya?" suara Marvel memecah kesunyian.

"Bocah itu malingnya!" jawab Andaru, sambil menunjuk ke arah Djian dengan dagunya.

Marvel menoleh ke arah Djian, matanya melihat remaja bertubuh kecil itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Ta-tapi, anak kayak gini mau maling gimana?" Marvel meragukan omongan bosnya, daripada seorang pencuri, anak di depannya itu lebih seperti seorang anak imut kehilangan ibunya.

"Jangan tertipu wajah polosnya Vel, dia pandai berkelit," kata Andaru dengan tatapan angkuhnya.

Marvel yang sangat paham dengan watak Andaru menghela nafas pelan.

"Nama kamu siapa?" tanya Marvel dengan lembut.

Mendengar suara Marvel. Djian berani mendongakkan wajahnya.

Marvel sempat tersenyum gemas saat melihat tatapan mata anak kecil di depannya berkedip-kedip imut.

"Djian....Zill Djian."

Marvel kembali tersenyum.

"Kamu kok bisa masuk sini?"

"Aku sudah bilang sama Om itu." Djian menunjuk ke arah dimana Andaru duduk. "Aku ini bukan pencuri, aku gak sengaja masuk rumah ini. Tadi aku dikejar anjing jadi aku lari masuk sini, karena rumah ini gerbang dan pintunya terbuka," jelas Djian untuk kedua kali. Berharap orang yang satu ini bisa percaya dan melepaskannya.

Tidak seperti pria angkuh yang duduk di sofa itu. Tidak percaya dengan penjelasan orang lain. Namun, ngotot minta penjelasan.

"Bohong Vel, itu alasan dia saja!" sahut Andaru masih tidak percaya.

"Tuh liat dari tadi Om itu gak percaya sama aku," adu Djian pada pria yang menurutnya lebih waras.

"Ya sudah...kamu pulang saja, lain kali hati-hati jangan sampai dikejar anjing lagi," kata marvel mengizinkan Djian untuk pergi.

"Vel, kamu gak bisa begitu. Anak ini pasti akan mencuri sesuatu dari rumahku ini," Andaru tidak terima dengan keputusan Marvel asistennya.

"Aku bukan pencuri Om, dari tadi menuduh tanpa bukti."

"Buktinya kamu masuk rumahku tanpa permisi!"

"Tapi mana? Aku gak ambil apa pun yang ada di dalam rumah ini!"

"Karena kamu sudah lebih dulu ketahuan olehku."

"Sudah aku bilang aku ini dikejar anjing tadi, salah siapa rumahmu pintunya terbuka."

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang