Lembaran baru (bab 31)

1K 112 21
                                    


Happy reading
🥰

Seperti yang Marvel katakan sebelum pria itu pergi mengantar Yolanda pulang ke kota, hingga satu Minggu lebih Marvel belum juga kembali.

Andaru dan Djian hanya tinggal berdua seperti sebelumnya. Bagaikan diberi kesempatan, dua orang yang sedang kasmaran itu memanfaatkan waktu berdua sebaik mungkin. Hampir tiap malam Djian tidur di kamar Andaru. Hubungan dua laki-laki beda usia itu semakin dekat dan mesra.

Jika sebelumnya mereka sering ribut adu mulut, tidak dengan sekarang.

Andaru tidak lagi menyuruh Djian melakukan banyak pekerjaan. Sikapnya yang menyebalkan pun berubah manis, semanis gulali. Membuat Djian melambung tinggi ke awang.

Djian menggeliat kan badan, menyibak selimut tebal yang membungkus tubuh mungilnya, cahaya matahari pagi yang masuk dari jendela kamar membuat remaja itu menyipitkan mata. Djian bangun dari baringnya, lalu menoleh ke samping. Tidak ada Andaru di sisinya. Pria itu pasti sudah bangun.

Grek ....

Djian menoleh ke arah pintu kamar mandi. Andaru keluar dari dalam sana. Pria itu sudah mandi, terlihat dari rambutnya yang masih basah.

Menghirup wangi sabun dari tubuh Andaru Djian langsung mengulurkan dua tangannya ke depan.

"Peluk ..." rengeknya dengan suara manja.

Andaru tersenyum, pria itu lantas mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur, memunggungi Djian.

Djian langsung merangkul Andaru dari belakang, ia bergelayut manja di punggung pria itu.

"Wangi banget Om," ujar Djian sambil mengendus perpotongan leher Andaru.

Andaru menggeser tubuhnya ke samping, melepas tangan Djian dari lehernya lalu menangkup wajah remaja itu. "Cepat mandi sana, akan aku buatkan sarapan untukmu," kata Andaru, lalu mengecup kening Djian sekilas.

Djian membalas, ia mengecup bibir Andaru. Tak hanya mengecup, remaja itu menekan bibirnya sedikit lama di atas bibir pria itu.

"Eummm Djian, kamu belum gosok gigi." Andaru menjauhkan wajahnya.

"Emang bau ya Om?"

Djian membuka mulutnya lebar-lebar lalu buang napas tepat depan wajah Andaru. "Hah ...."

"Ah .... cepat gosok gigi sana." Andaru mendorong Djian menjauh, mengibas-ibaskan tangannya depan hidungnya yang mancung.

Djian beringsut turun dari atas ranjang sambil tertawa gelak-gelak. Membayangkan apa yang akan terjadi bila dia melakukan itu sebelum Andaru mengakui perasaannya. Bisa Djian bayangkan pria itu pasti akan melotot marah dan menghukumnya. Memberinya pekerjaan yang tak ada habisnya. Sekarang, apa pun yang Djian lakukan Andaru tidak marah. Pria itu benar-benar berubah jadi manis.

Jangan heran dengan sikap Djian yang berani. Djian bukanlah anak remaja yang akan malu-malu bila di dekat pacarnya.

Djian itu agak lain, dia agresif, sikapnya pada Andaru seakan-akan mereka sudah berpacaran selama sepuluh tahun lebih. Awalnya Andaru terkaget-kaget, tapi pria itu lama-lama bisa mengimbangi tingkah Djian.

"Om Ndaru ...." panggil Djian dengan suara pelan di sela-sela mereka menonton TV di ruang tengah.

Djian tiduran di pangkuan Andaru sambil makan buah pir yang telah Andaru potong-potong menjadi beberapa bagian.

"Ada apa?" Andaru merunduk, melihat Djian. Satu tangannya mengusap lembut kepala remaja itu.

"Om Ndaru gak mau pulang ke kota?"

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang