Tidak memaafkanmu (Bab 42)

959 107 10
                                    

Setelah beberapa kali menghubungi Andaru tidak ada respons. Yolanda datang ke kantor pria itu. Ia berjalan dengan anggun ke ruangan Andaru yang terletak di lantai atas. Melewati staf yang berjaga di depan. Statusnya sebagai sahabat Andaru juga tunangannya, ia bisa keluar masuk lantai atas dengan bebas. Ia juga memiliki kartu akses masuk lewat lift khusus. Hanya eksekutif perusahaan yang memiliki kartu itu. Termasuk dirinya.

Suara dentingan terdengar bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Yolanda melangkah keluar dari dalam lift. Berderap ke ruangan Andaru. Di depan pintu ruangan itu ada sekretaris Andaru duduk di maja kerjanya.

Melihat kedatangan Yolanda, sekretaris itu bangkit berdiri dan menyapa.

"Selamat siang, Bu. Bapak sedang tidak ada di ruangannya."

Yolanda berhenti melangkah, menatap sekretaris yang menunduk hormat padanya.

"Ke mana?" tanyanya dingin.

"Bapak tidak bilang mau ke mana?"

Yolanda terdiam. Ia kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam tas tangannya. Lalu menghubungi seseorang.

"Kamu tahu di mana Andaru?" tanya Yolanda setelah sambungan telepon terhubung dan suara seorang pria menyambutnya.

"Jangan bohong! Beritahu aku di mana dia?!"

Orang dalam sambungan telepon mengatakan sesuatu. Tak lama raut wajah Yolanda berubah gelap. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia memutar tubuhnya balik arah. Wanita berambut panjang hitam legam itu melangkah tergesa masuk ke lift. Jari tangannya menekan tombol lift dengan kasar.

Pintu lift terbuka di lantai basemen. Dengan langkah-langkah panjangnya Yolanda berjalan menuju mobilnya dan segera meninggalkan gedung. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi menembus jalan. Dua tangan Yolanda bergerak lincah, kakinya terus menginjak pedal gas. Seakan ia tak memedulikan keselamatan dirinya.

Semua karena hatinya yang tersulut emosi. Wanita itu saat ini sedang dalam suasana hati yang buruk. Andaru mengabaikannya. Ia telah berhasil bertunangan dengan pria itu, tapi Andaru tidak memedulikannya. Semua karena kemunculan bocah ingusan itu.

Yolanda menggeram marah, memukul setir mobil dengan keras. Mengumpat beberapa kali. Meluapkan kekesalan dalam hatinya. Tepat di pertigaan jalan Yolanda membanting setir ke kiri masuk ke dalam gang kompleks perumahan.

Mobil sedan merah itu terus melaju. Tak lama berhenti di tepi jalan. Yolanda mematikan mesin mobilnya. Ke dua matanya menatap awas ke sebuah rumah tingkat dua dengan cat warna abu-abu. Yolanda mengawasi rumah itu hingga berjam-jam. Langit yang mulai berubah sore tidak menyurutkan ambisi Yolanda untuk mengintai seseorang.

Yolanda menegakkan tubuhnya ketika sebuah mobil datang dan menepi depan rumah yang ia amati sejak tadi. Sosok laki-laki bertubuh mungil keluar dari dalam mobil lalu membuka pintu gerbang rumahnya.

"Djian!" geram Yolanda seraya mengepalkan kedua tangannya di atas setir mobil.

Baru saja tangan Yolanda hendak membuka pintu mobilnya, sebuah mobil datang. Menepi di depan rumah yang sama. Seluruh tubuh Yolanda menegang, gigi bergemeletuk. Kedua matanya menatap awas mobil yang sangat dikenalnya itu.  Jantungnya seakan mencelus keluar ketika melihat tubuh tinggi besar keluar dari mobil itu.

Sakit! Dadanya terasa sangat sakit. Andaru mengabaikannya, tidak menganggapnya meski mereka telah resmi bertunangan. Sekarang dengan mata kepalanya sendiri Yolanda melihat Andaru datang ke rumah Djian. Laki-laki itu masuk ke dalam.

Di dalam mobil Yolanda menangis, dadanya terasa sesak, tapi ia tidak beranjak dari tempat itu. Meskipun ponselnya berdering berulang kali, pesan masuk bertubi-tubi. Yolanda mengabaikannya. Dia menangis sakit hati dalam mobil sambil mengawasi rumah cat abu-abu itu. Di dalam sana calon suaminya bersama seseorang yang bisa saja merebut Andaru darinya.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang