Pasar malam (bab 27)

1.1K 122 29
                                    

Andaru mulai lelah mengikuti Djian keliling pasar malam, dia sebenarnya tidak suka keramaian, berdesak-desakan, tapi dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti ke mana Djian melangkah. Tidak hanya kakinya saja yang lelah, hatinya juga capek. Semua karena sikap Djian yang seolah tak menganggap dirinya ada. Remaja itu begitu intens dengan temannya yang bernama Fadli itu. Untung saja Andaru tak sendiri, ada Raka di sebelahnya. Wajahnya cemberut sejak tadi. Andaru tidak tahu apa sebabnya, kalau jadi dia lebih baik mencari teman yang lain, bukankah tadi banyak remaja seusianya yang menyapanya. Lalu kenapa masih setia mengikuti Djian dan Fadli sama seperti dirinya.

"Djian!" seru Nina.

Gadis itu berlari kecil menghampiri Djian yang saat itu sedang bermain lempar bola. Permainan merobohkan kaleng minuman yang disusun piramida dengan bola kasti.

"Naik kora-kora yuk," ajak gadis itu antusias. Di belakangnya ada Marvel serta Desta dan Yolanda. Mereka baru saja keluar dari wahana rumah hantu.

"Gak mau aku takut naik itu. Kamu ajak yang lain saja."

"Alah gak seru, ayolah, masa naik kora-kora takut. Nanti duduk dekat Fadli dan Raka biar gak takut."

Djian berhenti melempar bola lalu berpikir sejenak.

"Oke deh." Djian setuju.

"Nah gitu dong." Nina tersenyum lebar. "Kalau gitu aku antri beli tiketnya dulu."

Dengan semangat Nina berjalan ke arah loket tempat pembelian tiket. Menggunakan uangnya gadis remaja itu membayar tiket naik kora-kora sebesar tujuh puluh ribu untuk tujuh orang. Tadi ibunya memberi uang jajan lebih, jadi Nina bisa membayarkan tiket untuk yang lain.

Setelah cukup lama mengantre akhirnya Nina mendapatkan tiket yang dibelinya. Ia bagikan tiket itu satu-satu pada yang lain.

"Ini berapa Nina, biar aku ganti uangmu," kata Marvel saat menerima tiket kora-kora dari Nina.

"Gak usah Om, Hehehe gak apa-apa, uang jajan aku banyak kok."

Marvel tersenyum lebar, rasanya lucu juga dibayarin anak SMA.

Dari semua rombongan hanya Andaru yang tidak mau ikut naik kora-kora. Pria itu memilih menunggu di bawah. Selain malas berdesakan, mengantre, dia juga takut ketinggian.

Djian dan yang lain satu persatu mulai naik ke atas kora-kora. Sebuah wahana yang berbentuk kapal pembajak, yang akan membawa penumpang bergerak mengayun maju mundur.

Mereka duduk di tempat masing-masing. Nina memilih duduk di bangku paling ujung bersama Desta, Marvel dan Yolanda. Sedangkan di depan mereka ada Fadli, Raka dan Djian.

Djian duduk di tengah, antara Fadli dan Raka.

Setelah kapal kora-kora sudah penuh oleh penumpang, perlahan wahana itu mulai bergerak mengayun maju mundur.

Semakin lama gerakan perahu itu semakin tinggi dan cepat. Setiap kora-kora bergerak melambung tinggi, seolah mereka akan terlempar ke atas. Para penumpang yang sebagian adalah anak-anak muda menjerit histeris. Ada rasa takut, tapi juga senang menikmati sensasi seru.

Djian yang mulanya biasa saja lama-lama rasa takutnya timbul. Dia merangkul tangan Fadli dan menyembunyikan wajahnya pada tubuh remaja laki-laki itu.

Pemandangan itu membuat Andaru yang melihat dari bawah mengeraskan rahang. Melotot tajam. Tanpa pikir panjang lagi Andaru langsung menerobos kerumunan orang yang sedang mengantre untuk menunggu giliran di bawah tangga.

"Hentikan permainan ini!" kata Andaru pada si operator.

"Mana bisa Pak, baru beberapa menit," jawab si tukang operator menolak permintaan Andaru yang seenaknya itu.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang