melukai sekali lagi (Bab 54)

586 76 17
                                    

Alih-alih memutus pertunangannya dengan Yolanda, sejak malam itu apa pun yang wanita itu inginkan Andaru tidak menolak. Apa lagi saat ibu Yolanda datang menemuinya dan memohon untuk segera melangsungkan pernikahan. Meminta Andaru untuk tidak membuat putrinya lebih lama lagi menunggu.

Andaru semakin tidak berdaya. Beban pikiran itu membuatnya tidak masuk kantor beberapa hari. Ia bahkan sudah tidak menghubungi atau menemui Djian lagi.

"Om, Ndaru enggak kelihatan lagi, Dji?" tanya Nina suatu pagi menjelang siang saat dia dan yang lain baru saja datang di kantor Sunset Garden.

Raka, Fadli dan Desta sambil mengerjakan sesuatu mereka memasang telinga. Mau tahu juga alasan pria tua itu beberapa hari ini tidak terlihat datang antar jemput Djian seperti biasanya.

"Lagi sibuk," jawab Djian santai.

"Bukan karena alasan yang lain, kan?"

Djian menatap Nina sebentar lalu mengulas senyum.

"Memangnya kamu pikir dia kenapa?"

"Enggak mikir apa-apa, sih. Cuma—"

"Kamu takut Om Ndaru kabur lagi?" potong Djian dengan wajah tenang dan bibir tersenyum tipis.

Nina tidak menjawab. Gadis itu hanya meringis canggung. Melihat itu Djian mengerti, temannya sebenarnya khawatir Andaru akan melakukan hal yang sama seperti dulu. Apa lagi statusnya saat ini masih tunangan orang lain.

"Kalau dia kabur lagi aku akan memutilasinya," ujar Djian dengan nada bercanda.

Nina tertawa pelan. Tiga pria  yang lain pura-pura tidak mendengar obrolan itu. Begitu juga dengan Resya—karyawan bagian resepsionis. Gadis itu sibuk menulis sesuatu di buku tamu.

"Kabarin aku kalau butuh bantuan," sahut Nina ikut-ikutan bercanda.

Melihat Djian baik-baik saja dan tetap tertawa, Nina jadi sedikit lega. Artinya mungkin Andaru memang benar-benar sedang sibuk. Mengingat laki-laki itu adalah seorang CEO di sebuah perusahaan besar.

Meskipun tidak terlihat datang untuk antar jemput Djian, dia pasti sudah memberitahu Djian soal kesibukannya. Sebagai seorang teman, sepertinya Nina  terlalu banyak berpikir.

Fadli dan yang lain mendengar percakapan itu ikut merasa lega. Sebagai sahabat, mereka semua memang khawatir, takut Djian akan sakit hati lagi seperti dulu.

Sayangnya rasa lega yang mereka rasakan tidak berlangsung lama. Selang beberapa menit pintu kaca Sunset Garden terbuka. Seorang wanita bertubuh tinggi dan langsing dengan rambut hitam legam tergerai panjang, melangkah masuk dengan penuh rasa percaya diri.

Dada membusung, suara high heels yang ia kenakan memenuhi ruangan. Semua mata di kantor itu memandang ke arahnya penuh tanda tanya.

Wanita itu adalah Yolanda. Ia berdiri dengan elegan seraya melepas kacamata hitamnya. Bibir bergincu warna merah hati itu mengulas senyum. Senyum yang membuat semua orang di ruangan itu tidak nyaman. Terutama Djian.

"Halo kids apa kabar?" Sambil tersenyum penuh arti Yolanda menyapa Djian dan ke empat temannya. Resya tidak termasuk, gadis itu di belakang Yolanda. Ia melewatinya begitu saja. Seakan keberadaan petugas resepsionis tidaklah berarti.

Melangkah penuh percaya diri Yolanda menghampiri Djian yang di kelilingi teman-temannya. Yolanda tidak lupa ke empat teman Djian, dia mendapatkan informasi dari Marvel bahwa ke empat teman Djian satu pekerjaan dengan pemuda itu.

Djian dan yang lain tidak menjawab sapaan yang dilontarkan Yolanda. Mereka tahu itu hanya kalimat basa-basi. Kedatangan wanita itu ke Sunset Garden pasti ada sesuatu hal yang tidak baik.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang