Aku ingin mencobanya (bab 29)

1.2K 145 23
                                    

Happy reading

Andaru mematikan mesin mobil lalu segera keluar dari dalam mobilnya. Begitu pula dengan Djian. Remaja bertubuh mungil itu berjalan cepat ke pintu masuk rumah, merogoh saku celana mencari kunci yang selalu dia bawa.

Berhasil membuka pintu, Djian langsung bergegas masuk. Tak memedulikan suara Andaru yang memanggilnya beberapa kali. Djian menulikan telinganya, mempercepat langkah menuju kamarnya.

"Djian tunggu!" Lengan kokoh Andaru menghalangi daun pintu yang hampir menutup.

"Males!" ketus Djian sebal. Dia marah karena Ndaru membawanya pulang tanpa teman-temannya.

"Kamu marah kita pulang lebih dulu?"

"Iya!" jawab Djian lantang.

"Kenapa? Sepenting itu kah teman-temanmu?"

"Tentu saja! Kita berangkat bersama pulang juga harus bersama. Mereka teman-temanku. Apalagi sekarang hujan lebat di luar sana."

"Kalau kamu mengkhawatirkan mereka, ada Marvel dan Yolanda di sana. Mereka orang dewasa."

"Tapi tetap saja aku tidak enak hati pulang lebih dulu tanpa memberitahu."

"Jangan-jangan kamu hanya tidak bisa meninggalkan temanmu yang bernama Fadli itu kan?"

"Kalo iya emang kenapa?" Djian menatap berani Andaru. Perbedaan tinggi mereka membuat remaja itu harus mendongakkan kepala.

"Kenapa diam aja?" tanya Djian lagi saat tak ada balasan dari pria besar di depannya itu.

"Kamu menyukai temanmu itu?"

"Om marah?"

"Tentu saja! Tempo hari kamu bilang menyukaiku, tapi belakangan aku lihat kamu terus saja menempel sama satu cowok ke cowok yang lain. Kamu genit?"

"Om lupa sudah menolakku?" balas Djian.

"Aku menolakmu karena kamu masih remaja."

"Jadi sebenarnya menyukaiku?"

"Tidak!"

"Tidak menyukaiku, tapi marah kalau aku bersama orang lain. Itu maksudnya gimana?"

Mulut Andaru langsung terkatup rapat. Pria itu tidak bisa menjawab. Dia kehabisan kata untuk mengelak.

"Jika sungguh tidak menyukaiku ya udah jangan marah-marah kalau aku dekat dengan orang lain," ujar Djian sambil menyingkirkan tangan Andaru dari daun pintu, lalu menutupnya keras-keras.

"Djian! Buka pintunya!" teriak Andaru sambil menggedor-gedor pintu.

"Gak mau!" sahut Djian dari dalam kamar tak kalah keras.

"Djian!" Panggil Andaru lagi.

Hingga berkali-kali memanggil tapi remaja itu mengabaikannya.

Lelah berteriak, Andaru melangkah mundur, lalu meninggalkan kamar Djian. Di luar sana masih hujan deras yang disertai kilat petir dan Guntur yang lumayan keras.

Andaru berhenti melangkah saat tiba-tiba lampu padam. Rumah mendadak jadi gelap gulita. Andaru teringat akan Djian yang takut dengan gelap, apalagi hujan seperti ini. Pria itu berdiri sambil menimang-nimang, perlukah dia datang ke kamarnya Djian lagi? Ah, tidak usah, biarkan saja dia ketakutan dalam gelap, itu hukuman karena berani mengabaikannya.

Pria itu lantas melanjutkan langkahnya. Namun, tak lama Andaru menghentikan gerakan kakinya. Muncul rasa tak tega. Djian pasti meringkuk ketakutan sekarang. Cepat-cepat Andaru putar badan. Baru saja dia hendak melangkah ke kamar Djian, tiba-tiba terdengar seseorang membuka pintu.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang