Menyebalkan (bab 6)

1.3K 145 15
                                    

Djian POV

Tepat pukul 5 sore, aku menyelesaikan semua pekerjaanku. Aku lalu siap-siap untuk berpamitan pulang pada.

Sebelum pergi mencarinya untuk berpamitan pulang, aku menyempatkan diri untuk duduk sejenak. Sambil meluruskan kedua kakiku, aku memijat pelan tungkai serta bahuku.

Rasanya seluruh tubuhku lelah dan pegal-pegal. Pria angkuh itu sungguh tidak berperasaan. Dia menulis banyak sekali deretan tugas yang harus aku kerjakan. Padahal rumah ini tidak kotor atau berantakan. Semua barang tertata rapi lantainya juga mengkilat bahkan bisa dipakai untuk bercermin.

Pria angkuh itu pasti sengaja memberiku banyak pekerjaan, jenis majikan yang tidak mau rugi. Jika memiliki seorang pembantu tak ingin membayar sia-sia. Menyuruh pembantunya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah seharian. Bisa istirahat hanya ketika makan siang selebihnya kerja. Jangan sampai terlihat duduk walau hanya sebentar.

Uhhhh... aku kesal sekali jika memikirkan tingkah pria itu.

Perlahan aku bangkit berdiri, saat rasa kakiku tidak terlalu pegal lagi seperti tadi.

Aku berjalan ke arah belakang rumah, mencari keberadaan si Tuan angkuh. Aku menoleh ke kanan dan kiri, mengedarkan pandangan ke segala arah. Mataku berhenti mengedar ketika aku melihatnya sedang bermain dengan seekor kucing berwarna hitam putih.

Aku sempat tidak percaya orang yang tidak berperasaan seperti dia bisa memiliki binatang kesayangan. Ahhh... aku tahu, si kucing pasti tidak sudi punya majikan galak seperti Om Andaru itu. Jika bisa memilih si kucing pasti lebih baik lepas dari rumah ini untuk mencari majikan yang lebih waras.

"Om ... " panggilku.

Pria galak itu menoleh ke arahku. Tatapannya tajam. Kalau saja dia pria seperti pada umumnya pasti banyak wanita yang mendambakan dia. Tetapi dengan sifat buruk yang ia miliki pasti tidak ada wanita yang tahan hidup dengannya.

"Ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?"

"Memangnya siapa yang liatin kamu sih," gumamku pelan. Aku pastikan dia tidak mendengar.

"Ini sudah jam lima, aku mau pulang," ucapku berpamitan.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai semua?"

"Om bisa periksa kalau tidak percaya, tiga kamar mandimu sudah aku cuci semua, gudangmu sudah aku rapikan. Kamar tamu juga," jelasku.

"Hmmm ... bagus. Sekarang kamu boleh pulang. Oh ya besok jangan sampai telat datang. Pulang sekolah kamu harus langsung datang kemari. Makan siang di sini saja, agar tidak terlalu lama kamu buang waktu."

Benar-benar majikan tidak punya hati. Apa dia pikir aku hanya perlu meletakkan tas di rumah Kakek lalu berlari ke rumahnya.

"Kenapa masih berdiri di situ? Cepat pulang. Apa kamu ingin kerja lembur?!"

Aku mendengkus kesal. Lalu segera memutar tubuhku dan melangkah meninggalkan halaman belakang rumah.

"Tunggu Djian!"

Aku menghentikan langkahku lalu berbalik ke arah Om Andaru.

"Apa kamu sudah mengunci semua jendela?"

"Semua beres Om, gak usah khawatir," jawabku.

Pria angkuh itu lalu kembali bermain dengan kucing miliknya.

Aku kembali melanjutkan langkahku menuju pintu keluar. Meninggalkan rumah besar ini, meninggalkan si Om Angkuh sendirian di dalam rumah besar miliknya.

Sebelum benar-benar pergi, aku sempatkan diri untuk menoleh ke belakang. Tiba-tiba saja hatiku merasa kasihan pada Pria angkuh itu. Dia hanya seorang diri di dalam sana.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang