Menikah (Bab 56)

627 67 2
                                    


Hari ini adalah hari besar untuk Yolanda. Hari yang telah ia tunggu-tunggu selama ini. Yaitu pernikahannya dengan Andaru. Ya ... Akhirnya impian Yolanda untuk menikah dengan pria itu akan segera terwujud sebentar lagi. Hanya tinggal beberapa menit lagi.

Mengusung konsep pernikahan outdoor dengan tema taman bunga, acara pernikahan Andaru dan Yolanda di gelar di salah satu taman bunga.

Taman bunga yang pada dasarnya sudah indah dibuat semakin indah dengan hiasan bunga warna putih dan merah muda untuk dekorasi. Kursi dan meja makan untuk para tamu undangan ditata dengan sedemikian rapi di sisi kiri dan kanan.

Dari arah masuk para tamu dibuat sebuah lorong dihiasi rangkaian bunga dan kain putih membentuk segita serta alas permadani warna merah yang membentang sampai ke altar pemberkatan nikah.

Semua kursi yang disediakan telah terisi penuh oleh para tamu undangan dan keluarga besar dari kedua belah pihak.

Tibalah saatnya dua mempelai mengucapkan janji sakral pernikahan. Andaru berdiri di depan altar, pria itu tampak gagah dan tampan dalam balutan jas warna putih. Namun, tidak ada sinar bahagia dari matanya. Hanya ada keputusasaan. Membiarkan pernikahan ini terjadi begitu saja. Entah apa yang terjadi setelah ini, Andaru tidak tahu, ia kembali seperti dulu, tidak punya tujuan hidup. Dia tidak boleh bahagia, itu kata-kata yang Kirana ucapan sebelum melompat dari gedung. Jadi keputusannya untuk menerima pernikahan ini adalah tepat. Dia memang ditakdirkan untuk tidak bahagia. Itu adalah hukuman untuknya.

jika Andaru terlihat murung, Yolanda kebalikannya. Ia tampak ceria sekali. Bagaimana tidak ceria, hari ini merupakan hari istimewa, hari impiannya. Yang ia damba dan tunggu sejak usia muda. Berdiri di altar pemberkatan nikah, bersanding dengan pria yang ia puja. Andaru.

Yolanda tersenyum bahagia berjalan dengan anggun di dampingi sang ayah menuju altar. Para tamu dan kerabat bertepuk tangan, mereka juga ikut merasakan kebahagiaan yang terpancar dari wajah cantiknya.

Dengan enggan dan senyum yang dipaksakan, dari menghadap lurus ke pendeta di depan altar, Andaru perlahan memutar badannya, melayangkan pandangan ke para tamu lalu beralih menjatuhkan tatapannya pada Yolanda. Dan seketika itu seluruh tubuh Andaru seakan membeku. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Raut wajahnya langsung berubah tegang.

Tatapan Andaru tidak tertuju pada Yolanda, melainkan pada sosok mungil di belakangnya, yang baru saja datang lalu duduk bergabung dengan tamu undangan yang lain.

Yolanda tidak menyadari ke mana mata Andaru memandang. Ia berpikir Andaru terpana melihatnya dalam balutan gaun pengantin.

Tanpa Andaru sadari tiba-tiba Yolanda sudah berada di depannya. Seperti seorang ayah pada umumnya, mata Subrata Adijaya berkaca-kaca saat ia menyerahkan putri tercintanya pada Andaru. Laki-laki itu tahu, betapa putrinya sudah sangat lama menunggu. Dan akhirnya hari ini hanya beberapa langkah lagi, putrinya akan sah menjadi istri pria yang dicintainya. Jika saat ini Andaru sedang dalam keadaan normal umumnya pengantin laki-laki, mungkin Andaru bisa menangkap rasa bahagia dan haru dari sorot mata pria tua di depannya itu.

Namun, saat ini Andaru dalam kondisi sedang linglung dan tegang. Semakin tegang kala bertemu mata dengan sosok mungil yang duduk di sana, di antara para tamu. Menatap ke arahnya dengan tenang tanpa keraguan.

Djian!

Yang duduk di sana adalah Djian. Setelah menghilang tanpa kabar, tiba-tiba pemuda itu ada di hadapannya, tepat di hari pernikahannya.

Andaru mulai kacau, hatinya berubah gelisah, tanpa sadar ia hendak melangkah ke arah deretan para tamu, tapi kemudian tiba-tiba genggaman tangan Yolanda menghentikannya. Suara pendeta dari balik altar menyadarkannya. Andaru kembali ingat saat ini ia sedang melangsungkan pernikahan.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang