sembuhkan lukamu (Bab 55)

723 91 9
                                    


Andaru sekarang ini mendapatkan balasan setimpal. Setelah dihajar oleh Djian sampai wajah tampannya babak belur sekarang pria matang itu dibuat seperti ayam kehilangan induknya.

Djian tiba-tiba menghilang. Sehari, dua hari, seminggu dua Minggu, hingga genap satu bulan, Djian tidak ada kabar. Pemuda itu seolah bersembunyi dari Andaru. Tidak ingin bertemu dengan pria itu lagi.

Berkali-kali Andaru datang ke kantor Sunset Garden, yang ia temui hanya teman-teman Djian yang selalu mengusirnya seperti seorang pengemis. Selain di kantornya, Andaru juga mendatangi rumah Djian. Hampir setiap hari Andaru menunggu Djian di depan rumahnya, tapi Djian tidak pernah pulang. Rumah itu sepi, pintu gerbang tidak pernah terbuka.

Andaru mulai panik dan frustrasi. Djian benar-benar menghilang tanpa jejak. Ia tidak bisa melacak keberadaan pemuda itu. Andaru sekarang ini merasa ia sungguh tidak berguna. Sejak dulu tidak bisa mencintai dengan benar, tidak bisa menjaga miliknya, orang yang ia cintai selalu pergi meninggalkan dirinya. Mula-mula ia kehilangan putranya, lalu istrinya, dan sekarang Djian. Apakah dia memang ditakdirkan untuk tidak bisa hidup bahagia dengan orang yang dia cintai?

Seperti seorang panglima yang kalah perang, Andaru perlahan meninggalkan depan halaman rumah Djian. Ia kembali pulang dengan tangan hampa, tidak ada kabar tentang Djian. Dengan bahu lunglai dan langkah gontai, Andaru berjalan masuk ke dalam rumahnya. Wajahnya kuyu, tatapan matanya kosong, ia bahkan tidak menyadari saat berpapasan dengan ayahnya.

Melihat keadaan Andaru yang seperti itu, Sajadewa menghela napas pelan dan prihatin. Untuk ke dua kalinya ia melihat putranya kembali seperti mayat hidup. Andaru berubah linglung dan jarang bicara. Pekerjaan yang jadi tanggung jawabnya terbengkalai. Kepahitan itu terulang kembali.

Meskipun begitu, Andaru tidak mengatakan apa-apa terhadap ayahnya. Andaru menyimpan beban pikirannya sendiri. Baginya sekalipun orang lain tahu tidak akan mengubah apa pun.

Hingga malam hari Andaru tidak keluar dari kamarnya. Ia juga melewatkan makan malam.

Sajadewa menjadi semakin resah. Karena tidak tahan melihat keadaan anaknya, laki-laki tua itu akhirnya mendatangi ke kamarnya.

Di dalam kamar yang gelap Andaru tidur meringkuk. Kedua lutut ditekuk ke depan dada, satu tangannya digunakan untuk bantalan. Posisinya itu semakin menunjukkan betapa ia sangat kesepian.

"Ndaru." Sajadewa menyalakan lampu kamar lalu berjalan mendekat ke sisi tempat tidur yang besar. Ia kemudian duduk di tepi ranjang, degan kedua tangan memegangi masing-masing lututnya.

"Bangun, kamu harus makan," ucapnya dengan nada suara membujuk.

Tidak ada sahutan dari Andaru. Pria itu tetap di posisi yang sama, tidak berubah sedikit pun.

"Ndaru, aku sudah berpikir. Aku tidak akan memaksamu menikah dengan Yolanda. Kalau kamu mau membatalkannya tidak masalah."

Lagi-lagi Andaru tidak menyahut. Meski begitu Sajadewa masih terus berbicara, karena ia tahu, sebenarnya Andaru tidak benar-benar tidur, anaknya itu mendengarnya.

"Maafkan aku, Ndaru."

Suasana hening sesaat.

"Saat cucuku dan menantuku pergi untuk selamanya aku juga sangat sedih." Sajadewa kembali berbicara.

Dulu Sajadewa tidak menyetujui pernikahan Andaru dengan Kirana. Sejak itu hubungan ayah dan anak antara mereka menjadi buruk. Andaru pergi dari rumah, lalu menikah dengan Kirana. Dengan modal yang ada dan kemampuan yang ia punya, Andaru membangun usaha, dibantu kedua temannya. Marvel dan Yolanda.

Dalam beberapa tahun, usaha yang Andaru bangun berkembang pesat. Andaru dan keluarga kecilnya hidup dengan layak dan berkecukupan.

Satu hal yang tidak Andaru tahu, usahanya tidak berkembang begitu saja. Karena sebenarnya tangan Sajadewalah yang membantunya. Pengusaha mana yang mau kerja sama dengan Andaru yang masih amatir jika itu bukan karena diam-diam Sajadewa menjamin di belakangnya.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang