Calon suami (bab 39)

1.1K 129 26
                                    

Selamat malam readers, duh kangen sama pembaca di wattpad. Kangen sama komentar seru kalian. Cuzz lah dibaca bagian ini, terus vote komen ya .... Apa makin ruwet, seru atau datar. Aku tunggu. Gak komen aku tandain kalian hahah😅

Sebuah mobil warna hitam berhenti tepat di depan halaman rumah yang besar dan mewah. Tak lama Andaru keluar dari dalam mobil. Pria itu berderap masuk ke dalam rumah dengan langkah-langkah kakinya yang panjang.

Raut wajah Andaru gelap. Mengabaikan pelayan yang datang tergopoh-gopoh untuk menyapanya.

"Di mana Ayah?" tanya Andaru seraya berjalan melewati wanita paruh baya yang merupakan pelayan setia keluarganya.

"Bapak ada di taman belakang," jawab pelayan itu sembari menunduk hormat. Meski sang anak majikan tidak melihatnya.

Andaru kemudian pergi ke halaman belakang. Di sana ada ayahnya sedang duduk di kursi taman sambil bercengkerama dengan kucing peliharaan ditemani asistennya.

"Ayah," tegur Andaru dengan suara datar, tapi terdengar tegas.

Laki-laki usia 70 tahun itu menoleh ke datangnya suara.

"Ah, kamu sudah pulang."

"Ayah, batalkan pertunanganku dengan Yolanda," kata Andaru tanpa basa-basi.

Sajadewa menatap Andaru datar. "Apa maksudmu?"

"Aku tidak mau bertunangan dengan Yolanda, aku tidak mau menikah dengan siapa pun!"

Sajadewa menyerahkan kucing yang digendongnya pada asistennya, lalu menyuruh asistennya itu untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

"Jadi kamu mau menduda seumur hidup?" tanya Sajadewa santai. Tidak terkejut dengan sikap Andaru yang memberontak. Hal seperti itu sering terjadi. Sejak Andaru masih kecil.

"Tentu saja aku masih ingin menikah, tapi dengan pilihanku. Ayah jangan ikut campur soal urusan itu."

"Dasar berandal! Dari dulu kamu selalu bicara seperti itu. Tapi nyatanya mana?! Kamu tidak menikah lagi! Apa kamu tidak khawatir senjatamu itu berkarat! Yolanda adalah temanmu, dia wanita dari keluarga baik-baik. Dia rela masih sendiri sampai sekarang hanya untuk menunggumu. Apa kamu tidak tahu itu?!"

Andaru tertawa hambar. "Apa Ayah sungguh tidak ada pekerjaan lain? Sampai harus mengurusi urusan pribadiku," cibir Andaru sinis.

Sajadewa meraih tongkat di sebelah kakinya lalu ia ayunkan ke arah Andaru. Dengan gerakan gesit Andaru mengelak.

"Jadilah anak yang baik! Jangan kurang ajar pada ayahmu ini!" Memukul kaki Andaru dengan tongkatnya.

"Sejak kecil sampai setua ini kamu selalu memberontak! Kalo tidak mau menikah dengan Yolanda, bawa calon istrimu ke hadapanku bodoh!" Sajadewa memukul-mukul kaki Andaru seperti memukul anak kecil.

"Ah, menikah! Menikah terus yang Ayah bicarakan. Kalau mau, Ayah saja yang menikah!" Andaru melompat-lompat menghindari pukulan tongkat sang ayah. Lalu kabur meninggalkan halaman belakang.

Sebelum masuk rumah, Andaru berpapasan dengan asisten ayahnya.

"Kamu menikah saja sama Ayah. Supaya Ayah tidak terobsesi dengan pernikahanku," kata Andaru pada asisten ayahnya. Wanita yang lebih tua beberapa tahun darinya, tapi masih terlihat cantik dan energik. Tidak tahu dengan situasi yang terjadi, wanita itu mengerjap bingung.

"Tangkap berandal itu! Dia harus aku pukul! Agar otaknya bisa lebih waras!"

Dengan terengah-engah Sajadewa mengejar Andaru. Melihat bosnya berjalan cepat sambil mengayunkan tongkat. Si asisten bergegas menghampiri Sajadewa. Memenangkan pria lanjut usia itu.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang