Kerja sama (bab 36)

829 112 18
                                    

Mobil sedan mewah warna hitam berhenti di depan sebuah gedung kantor. Tidak lama seorang pria paruh baya membuka pintu mobil bagian kemudi lalu berjalan memutar ke sisi mobil lainnya untuk membukakan pintu untuk bosnya yang duduk di bagian belakang.

Andaru keluar dari dalam, berdiri tegak dan gagah di sisi mobil. Tangannya tampak sibuk mengancingkan jasnya. Dari pintu depan mobil muncul Marvel. Pria itu kemudian berdiri mendekati Andaru. Mereka lantas jalan beriringan masuk ke dalam gedung kantor. Para staf yang bertugas di lobi serentak berdiri dan berbaris seraya menunduk dengan hormat menyambut kedatangan Andaru.

"Selamat datang, Pak Andaru," sapa seorang pria paruh baya yang merupakan manajer bagian pemasaran. Pria itu membungkuk menyalami Andaru.

"Apa ruang meeting sudah siap?" tanya Andaru dingin.

"Sudah, Pak. Mari saya antar ke ruang meeting." Pria paruh baya itu mempersilahkan Andaru untuk berjalan lebih dulu menuju ruang meeting yang telah disiapkan.

Marvel yang sejak tadi berada di belakang Andaru melempar senyum ramah pada semua pegawai di sekitar lobi. Wajah mereka tampak tegang. Marvel sengaja memberi senyum ramah agar mereka bisa lebih rileks, tidak seperti sekarang ini mereka seakan sedang melihat hantu.

Bagaimana semua pegawai tidak tegang dan tampak tertekan. Hari ini Andaru datang berkunjung ke salah satu anak perusahaannya yang bergerak di bidang produksi dan distributor olahan udang beku. Tidak hanya memasarkan dalam negeri, perusahaan itu juga mengekspor ke luar negeri. Seperti China dan juga Jepang. Setelah mengalami kebangkrutan, perusahaan yang dibangunnya susah payah itu akhirnya harus pindah kepemilikan. Alias di bawah pimpinan dari perusahaan milik ayahnya. Sebenarnya tidak ada yang berbeda sekalipun perusahaannya bangkrut dan diambil alih ayahnya. Toh, sekarang dia juga yang menjabat sebagai CEO perusahaan milik orangtuanya. Tentu saja masih diawasi oleh sang komisaris. Yang tak lain adalah ayahnya sendiri.

Sekarang ini perusahaan yang memproduksi olahan udang beku itu sedang mengalami penurunan penjualan. Akibat munculnya pabrik-pabrik baru. Para pemain baru itu menjual dengan harga lebih murah dari harga pasaran yang ada. Karena hal itu grafik penjualan selama 6 bulan mengalami penurunan dan itu sangat merugikan.

Andaru dan Marvel masuk ke sebuah ruangan yang di dalamnya sudah ada beberapa orang yang menunggu. Andaru duduk di kursi utama sedangkan yang lain duduk di sisi kanan dan kiri meja rapat.

"Jadi, apa yang membuat mereka menjual dengan harga lebih murah?" tanya Andaru langsung ke pokok permasalahan.

"Dari data yang saya terima mereka bisa membeli udang dengan harga murah dari petani tambak, Pak? Itu kenapa mereka bisa menjual produk lebih rendah dibandingkan perusahaan kita.

Andaru mengernyitkan kening lalu menatap anak buahnya itu.

"Bagaimana bisa mereka mendapatkan udang dengan harga murah?" tanya Andaru tenang. Namun, sorot matanya menyiratkan ketegasan.

"Karena mereka membuat kontrak kerja dengan para petani. Dalam kontrak itu perusahaan memberi pinjaman modal pada para petani tambak lebih dulu. Itu kenapa perusahaan bisa membeli dengan harga lebih murah," jelas laki-laki itu sambil menyodorkan lembaran kertas laporan yang disusunnya.

Marvel dengan cepat mengambil berkas itu lalu ia berikan pada Andaru. Sesaat ruang meeting berubah hening saat Andaru mulai membaca hasil laporan di tangannya.

"Pemain baru!" dengkusnya. Strategi yang mereka gunakan untuk menekan biaya produksi sudah pernah Andaru lakukan sebelumnya dan itu membawanya dalam kebangkrutan. Awalnya memang berjalan lancar. Namun, lambat laun petani akan semakin pintar. Mereka tidak akan mau menandatangani kontrak kerja sama itu lagi dan lebih memilih melepaskan diri dari perusahaan. Dengan begitu mereka akan menjual hasil panen ke supplier dengan harga jauh lebih mahal dari pada harga yang perusahaan tawarkan.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang