Kasmaran (bab 30)

1.1K 110 8
                                    

Pagi yang cerah, secerah dua hati yang saat ini sedang kasmaran dan bergulung dalam selimut. Mereka saling memeluk, enggan untuk beranjak dari tempat tidur meski hari telah berganti pagi. Andaru menangkup wajah Djian, lalu mengecupnya sekilas.

"Bangun, dan bersiap. Kamu harus sekolah," ujar Andaru sembari menyisir rambut Djian dengan sela-sela jarinya.

Djian tersenyum lembut."Gimana mau bangun, kalau dari tadi dipeluk seperti ini."

Andaru tertawa pelan. Sejak malam itu Djian selalu tidur di kamar Andaru, pria itu yang minta, dan Djian tidak menolak. Meskipun mereka tidur bersama, tapi tidak terjadi apa-apa antara mereka berdua, hanya saling memeluk satu sama lain. Begitu saja rasa bahagianya tak terkira. Terutama untuk Andaru.

Perasaan pria itu kini terasa lebih lega, dia tidak perlu menahan diri lagi. Dia bisa mengungkapkan sesuatu yang dia rasakan pada Djian. Masih belum ia mengerti, di saat hatinya sedang patah, saat dia sedang bersedih karena kepergian dua orang yang dicintai, remaja itu datang. Membuat hatinya yang dingin dan sepi menjadi terasa hangat. Awalnya Andaru mati-matian menepis perasaan itu. Namun, semakin hari, malah perasaannya semakin tumbuh. Sifat Djian yang pemberani dan periang, rupanya dua hal itu yang mencuri perhatian Andaru.

"Kenapa melihatku terus?" tanya Djian kala pria yang sedang mendekapnya itu terus menatapnya.

"Aku masih tidak mengerti, kenapa bocah nakal ini berakhir di tempat tidurku."

"Om jangan memanggilku bocah, aku gak suka."

"Tapi kamu memang anak-anak."

"Aku sudah besar, aku mulai dewasa."

"Belum genap 17 tahun."

"Siapa bilang, aku sudah 17 tahun."

"Kapan ulang tahunmu?"

"Tiga bulan lagi."

"Itu namanya belum genap 17 tahun." Andaru mencubit pelan unjung hidung Djian.

"Djian ...."

"Ya ...."

"Dari mana kamu tahu ada seseorang di hatiku? Aku tidak pernah cerita apa-apa soal itu."

"Aku mendengar semuanya saat kalian sedang bicara tentang itu di ruang tengah, aku gak sengaja dengar."

Andaru terdiam memandangi Djian lekat-lekat.

"Aku tidak akan bisa menggantikannya, aku adalah aku. Yang penting aku punya tempat di sini." Djian menyentuh dada Andaru.

Pria itu pun tersenyum lembut lalu semakin erat merengkuh Djian dalam pelukannya.

"Tapi ngomong-ngomong, jam berapa sekarang? Aku harus sekolah."

Andaru langsung merenggangkan pelukannya.

"Kalau begitu cepatlah bersiap aku akan mengantarmu."

Djian lantas bangun dari tempat tidur. Remaja itu bergegas keluar dari kamar Andaru. Di depan pintu, saat Djian baru saja keluar, di waktu yang sama Yolanda datang ke kamar Andaru. Mereka berdua saling pandang dalam diam. Wajah Yolanda berubah dingin tidak seperti kemarin-kemarin yang kerap menyapanya lebih dulu. Sejak malam itu Yolanda berubah jadi tidak ramah.

Tanpa menegur Djian, wanita itu membuka pintu kamar. Andaru yang masih di atas tempat tidur menatap heran Yolanda yang berdiri di bibir pintu.

"Hari ini aku akan kembali ke kota," ujar Yolanda dingin.

Andaru beringsut turun dari tempat tidur lalu melangkah mendekati sahabatnya.

"Jam berapa?" Andaru balik bertanya.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang