Perjanjian baru (bab 14)

1.1K 126 15
                                    

Hari terus berganti hampir tiga Minggu Djian Bekerja di rumah besar Andaru. Selama bekerja di rumah itu selain menghadapi begitu banyak pekerjaan, Djian juga harus menghadapi sikap si pemilik rumah yang mudah berubah ubah, sebentar sikapnya baik, tapi tiba-tiba sikapnya berubah jadi kasar lagi. Hal itu sering terjadi dan Djian mulai terbiasa akan itu.

Tak hanya suasana hati yang berubah-ubah, Djian jadi tahu akan satu hal. Si galak Andaru itu sering bermimpi buruk, Bahkan ketika tidur siang pun pria itu kerap kali mimpi buruk. Entah beban hidup apa yang pria itu miliki. Djian tak tahu pasti. Dia hanya tahu sebatas Andaru adalah pria galak yang terlihat kesepian dan sering mimpi buruk. Selebihnya Djian tidak tahu apa-apa tentang Andaru.

Seperti biasa siang ini pulang sekolah Djian mengerjakan rutinitasnya. Ia sibuk membersihkan ruang tengah yang luas. Mengelap semua benda di sekitar tempat itu dengan lap yang sebelumnya telah ia basahi. Saat sedang sibuk mengerjakan tugasnya, Djian mendengar suara seseorang mengetuk pintu.

"Tumben siang-siang begini ada tamu. Siapa ya? Apa teman Om Ndaru pulang?" gumam Djian dalam hati sambil berjalan ke arah pintu depan.

Sesampainya depan pintu, Djian langsung menarik gagang pintu dan membuka lebar.

"Djian!" seru ketiga teman sekolahnya yang tiba-tiba berdiri depan teras rumah.

"Kalian???" Djian terbelalak kaget melihat ke-tiga temannya berjejer depan pintu.

"Kita tadi ke rumah kakekmu, tapi kata Kak Bihan kamu gak ada di rumah. Dia bilang kamu ada di sini. Di rumah pamanmu," jelas Nina semangat.

"Tapi kalian mau ngapain ke sini?"

"Mau belajar kelompok. Banyak tugas dan kita gak bisa, hanya kamu yang bisa Djian," sahut Desta, yang didukung oleh anggukan kedua temannya. Nina dan Fadli.

"Ya tapi kenapa harus datang ke rumah ini," gusar Djian.

"Kenapa sih emangnya? Sekali-kali boleh dong kita belajar bareng di rumah sebagus ini hehe ... oh ya di mana pamanmu yang tampan itu?"

"Ada di dalam."

"Asekkkk bisa belajar sambil liat paman ganteng," ujar Nina sambil terkikik.

"Hu ... dasar, dalam kepala isinya laki-laki tampan mulu," olok Fadli

"Biarin, kamu yang burik diem aja."

"Aku ganteng. Ibuku bilang aku ganteng."

"Ibumu bilang begitu karena biar kamu mau bantu-bantu di rumah."

"Kalian berdua berisik banget sih" sela Desta.

"Kita gak disuruh masuk nih Djian?" tanya Desta, gak sabar ingin segera masuk.

Djian tampak ragu, remaja itu menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Ya deh, kalian boleh masuk. Tapi jangan berisik ya." Dengan terpaksa mempersilahkan teman-temannya masuk dalam rumah.

Ketiga teman Djian masuk ke dalam, mereka bertiga melihat takjub isi rumah dan berdecak kagum, rumah pak lurah yang terkenal orang paling kaya di desa tak sebesar ini.

"Wah, selama ini aku hanya melihat rumah ini dari jauh, tidak menyangka dalamnya sebagus ini," kata Nina dengan kagum.

"Kamu gak pernah cerita ternyata ini rumah pamanmu Dji," sambung Desta.

"Kalian duduk lah," kata Djian mempersilahkan ketiga temannya. Seolah di rumahnya sendiri.

Baru saja ketiga temannya mendaratkan bokong di sofa yang empuk, Andaru sang pemilik rumah keluar dari arah dalam. Kemunculan Andaru sontak membuat ketiga teman Djian berdiri serentak.

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang