Ingin bersamamu (bab 32)

1K 104 7
                                    

Di dapurnya yang luas Andaru tampak sibuk memasak sesuatu. Djian yang minta, remaja itu sekarang berani me-request makanan apa yang ingin ia makan. Dan dengan suka rela Andaru akan membuatkannya.

Djian duduk di atas konter dapur. Menggoyangkan ke dua kakinya sambil melihat lurus-lurus Andaru yang sedang sibuk membuat pasta untuknya.

"Om," panggil Djian di sela-sela kesibukan Andaru.

"Heum," sahut pria itu tanpa menoleh.

"Om Ndaru mau jalan-jalan gak?"

"Jalan-jalan ke mana?" Masih tidak menoleh ke arah Djian.

"Ya ke mana saja, kali aja Om jenuh di dalam rumah terus. Siapa tahu mau jalan-jalan keliling desa ini. Aku tahu tempat yang bagus di sekitar sini."

Andaru menghentikan gerakan tangannya mengiris jamur kancing. Ia
lalu menoleh, melihat Djian.

"Kenapa kedengarannya kamu mau mengusirku dari rumahku sendiri?"

Djian memberengut. "Siapa juga yang mau ngusir?" gerutu Djian lalu melompat turun dari atas konter dapur. "Aku hanya menawarkan, siapa tahu Om Ndaru sebenarnya mau jalan-jalan, tapi gak ada yang menemani," imbuh Djian.

"Aku tidak suka ke luar rumah," sahut Andaru tak acuh.

"Ya sudah kalau begitu," kesal Djian lalu melangkah pergi dari ruang dapur.

"Apa sebenarnya kamu yang mau jalan-jalan?" tanya Andaru setelah pria itu menyadari Djian melangkah pergi dari ruang dapur.

"Gak!" sahut Djian dengan nada kesal.

Andaru tak menyahut lagi. Pria itu memilih kembali sibuk dengan masakan yang dia buat.

Djian menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa ruang tengah. Menyalakan TV dengan bibir cemberut. Remaja itu bosan. Andaru mengurangi banyak pekerjaannya, tapi hal itu malah membuat Djian jenuh berada di rumah terus. Biasanya pulang sekolah dia disibukkan dengan bersih-bersih rumah. Sekarang pulang sekolah DJian hanya menghabiskan waktu dengan Andaru. Bukan bosan dengan pria itu, tapi Djian hanya ingin keluar rumah.

"Cepat ke sini Djian, pastamu sudah siap."

Mendengar itu, Djian yang sedang berbaring di sofa langsung menegakkan tubuhnya, menoleh ke arah ruang makan. Ia lantas bergegas beranjak bangun dan berjalan ke meja makan.

"Wah kayaknya enak banget nih ...." Djian tersenyum lebar sambil mengamati sepiring pasta saos jamur.

"Habiskan," kata Andaru lalu menarik satu kursi, duduk bersebelahan dengan Djian.

"Eumm, enak banget Om, rasanya seperti di restoran mahal," puji Djian dengan mulut penuh pasta.

Andaru tersenyum tipis, melihat Djian melahap pasta buatannya. Setidaknya bocah nakal itu tidak lagi merajuk karena ingin jalan-jalan ke luar rumah.

"Pelan-pelan saja, kenapa cara makanmu seperti anak kecil." Andaru mengulurkan satu tangannya lalu mengusap lembut sisa saos pasta yang mengotori sudut bibir Djian.

Di saat mereka berdua sedang menikmati makan siang, tiba-tiba telepon rumah berdering. Mendengar itu Andaru langsung bangkit berdiri, berjalan ke ruang tengah.

"Halo," sapa Andaru setelah dia mengangkat gagang telepon.

Pria itu terdiam sejenak, mendengarkan lawan bicaranya.

Tak lama Andaru menjawab, "Apa kamu tidak bisa mengatasinya?"

Andaru kembali diam. Cukup lama. Ia tampak serius menyimak lawan bicaranya.

"Baiklah akan aku pikirkan."

Dari meja makan Djian mengamati raut wajah Andaru yang berubah mendung. Ia pun bertanya-tanya dalam hati ada apa?

Trust Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang