Chapter 5

23.2K 2.5K 113
                                    

Lantai tempat Kanaya bekerja sudah kosong. Semua sisi terlihat lebih redup, hanya tersisa satu baris lampu menyala tepat di atas mejanya. Ia baru saja menyelesaikan penambahan data arsip milik sebuah direktorat naungan Kementrian Pekerjaan Umum. Agar senin besok sudah bisa disimpan langsung pada layanan jasa kearsipan nasional.

Usai merapikan desk-nya, tanpa bisa ditahan, kedua mata Kanaya memandang jauh ke dalam batas kaca ruang milik Bayu. Juga sudah gelap sejak beberapa jam lalu, tak lama setelah Bayu dan Diandra memutuskan untuk pulang bersama. Cukup mengundang rasa penasaran banyak orang di lantai ini.

Kanaya turut senang melihat mereka. Namun tidak lantas membuatnya merasa lega. Secara tidak sengaja ia justru terpikirkan dengan hubungan yang mereka jalani selama ini. Sangat mudah ditebak, akan berakhir dalam waktu dekat. Dari sisi Kanaya sungguh tidak masalah ataupun keberatan, terlebih ia sudah yakin jika nantinya bisa bersahabat dengan Bayu. Mengingat perlakuan pria itu terhadapnya tidaklah buruk.

Bunyi dering handphone mengacaukan lamunannya. Seketika Kanaya mendengus geli hingga keningnya bertaut, kala nama Bayu tertera sebagai panggilan masuk.

"Kenapa?" jawabnya tanpa berbasa-basi. Lagipula Bayu tidak mungkin mengajaknya untuk kembali bersenang-senang. Kanaya justru lebih yakin, bahwa Bayu dan Diandra bisa saja masih bersama.

"Halo, apa benar ini Naya?"

Kanaya mengerut bingung saat mendengar suara laki-laki yang terdengar di sana lebih ringan—jelas bukan suara Bayu. "Handphone ini punya Bayu, bukan?" tanyanya memastikan.

"Iya. Bayu lagi sama saya."

Mendengar hal tersebut, membuat Kanaya semakin bingung. Ada pula kekhawatirannya. Sama sekali tidak menenangkan kebimbangannya, merasa seperti ada yang tidak beres.

"Sorry sebelumnya, ini karena Bayu yang minta saya untuk hubungin kamu. Kira-kira kamu bisa nggak ke Skye? I think, he's drunk."

"Skye?" ulang Kanaya nyaris memekik, tidak habis pikir. Bagaimana bisa setelah mengantar Diandra pulang, dia masih sempat minum sampai teler.

"Iya, saya nggak bisa antar dia pulang karena ada urusan. Tapi saya usahakan, saya berada di sini sampai nanti bertemu kamu."

Meski telah mengurangi kekhawatirannya soal kondisi Bayu, namun hal tersebut tetap membuat kepala Kanaya terasa pening.

"Kamu bisa ke sini dulu? Saya minta tolong."

Rencana ingin segera beristirahat Kanaya mendadak gagal. Setelah mempertimbangkan, ia pun tidak bisa melimpahkan hingga meminta bantuan kepada orang lain. "Yaudah, saya ke sana sekarang."

"Terima kasih sebelumnya, tadi siapa nama kamu?"

"Kanaya," ucapnya penuh penekanan.

"Okay, Kanaya, saya tunggu."

Kanaya langsung bergegas memproses clock out-nya. Berlari kecil ke luar dari ruang tempatnya berkerja. Sebelum akhirnya, ia memasuki lift yang membawa ke tempat parkir di lantai basement.

Jarak yang ditempuh tidak jauh dari kantor, juga jalanan terasa lebih sepi karena sudah cukup malam saat ini, sehingga Kanaya bisa dengan cepat menuju gedung menara tempat Bayu berada.

Kemudian ada sebuah pesan masuk dari Bayu, berisikan keterangan posisi duduknya saat ini.

Langkah Kanaya semakin lebar menuju tempat yang dimaksud. Membelah suasana bar sekaligus restoran yang masih ramai pengunjung. Ia tetap meneruskan tujuannya, menyusuri bagian outdoor dari tempat tersebut. Hingga Kanaya bisa melihat Bayu tengah terpejam dan bersandar pada sofa.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang