Suasana hati Kanaya pagi ini begitu buruk. Setelah sepanjang malam menyesal lantaran tidak melakukan perlawanan sama sekali terhadap kemarahan Diandra, hingga Kanaya masih mengingat jelas semua perkataan Diandra yang mengatainya terucap, dan beberapa umpatan yang diluapkan kepadanya kemarin siang. Lagi-lagi berhasil kembali mempertegas kekesalan Kanaya yang tertahan di dalam dada.
"Kanaya!" sapa Karen begitu heboh dengan wajah berseri memandang penuh kelegaan. Ketika Kanaya baru saja kembali menginjakkan kaki lantai tempatnya berkerja.
Sudut bibir Kanaya tersenyum simpul saat melihat Karen tampak senang sekali akan kedatangannya. Seminggu ini mereka memang tidak bertemu. "Kangen nggak sama gue?"
"Kangen banget!" sahut Karen terlihat semakin bahagia.
Kanaya mencibir lantaran tak percaya sambil meletakkan shoulder bag di atas meja.
"Ada yang baru ngantor lagi, nih—semangatnya full, dong," timpal Inggrid yang semula sudah mengobrol bersama Karen di dekat meja Kanaya.
"Harus semangat, apapun keadaannya," balas Kanaya menyahuti, menyuarakan apa yang ada di dalam benak.
Beberapa perkataan Diandra masih jelas terbesit, tidak mengurangi ataupun menyurutkan gelora ambisi pada hari ini. Kanaya sudah bertekad untuk tetap tenang saat menghadapi Diandra. Meski ingin sekali membalas secepat mungkin. Setidaknya, apa yang Kanaya lakukan saat ini, tidak menganggap Diandra ada, padahal sejak tadi telah bergabung bersama Karen dan Inggrid, merupakan langkah paling tepat.
"Gue kangen banget sama ini anak. Padahal cuma seminggu doang dia nggak ngantor," celoteh Karen kembali berseru dramatis seakan ingin memeluk Kanaya.
"Tiap kali gue ke sini—lihat meja kosong kayak ngerasa sepi banget nggak ada lo, Nay. Padahal kalau ada, Kanaya lebih banyak diam," celetuk Inggrid mengungkapkan isi hatinya.
"Cuma buat kelengkapan anggota gosip, sama supaya bikin penuh kursi aja, ya?" balas Kanaya tertawa kecil lalu duduk di tempatnya yang telah terlewatkan selama satu pekan.
"Nggak ada Kanaya, nafsu makan siang gue menurun," lanjut Karen terdengar berlebihan.
"Halah!" sahut Kanaya tertawa lepas. "Tapi nafsu yang lain tetap ada, 'kan?"
"Heh, jangan merusak suasana, ya," keluh Karen keberatan akan balasan Kanaya.
Kanaya menyengir tanpa merasa bersalah. "Tumben, rame. Masih pagi, nih," ujarnya mulai mengorek informasi dari mereka berdua. Lagi-lagi tidak memedulikan keberadaan Diandra.
"Eh, iya, Diandra lagi pusing, si Bos mendadak cuek katanya!" bocor Inggrid heboh tanpa sungkan di hadapan Diandra yang diam sejak kedatangan Kanaya. Mengingat selama ini mereka semua sempat menjadi team supporter wanita tersebut.
Gotcha!
Eat that!
Kanaya tergelak puas tanpa berminat menahan. Sebagian beban Kanaya terasa terangkat, melihat raut Diandra benar-benar kesal seakan memperjelas semuanya. "Memangnya si Bos lagi dekat sama siapa lagi, sih?" Dengan sengaja Kanaya bertanya untuk memenuhi rasa penasarannya aja sekaligus memancing kemarahan Diandra.
Tatapan Diandra menajam seketika. Ternyata setelah berpura-pura tidak mengenal dan mendengarkan Kanaya sejak tadi, dan tetap memperlihatkan jarak maupun kemarahannya kepada Kanaya hingga saat ini, tidak juga mempengaruhi atau membuat Kanaya takut. Wanita itu benar-benar tampak seperti tidak memiliki masalah apapun. Kanaya berhasil memancing Diandra yang semakin dibuat kesal karena hal tersebut.
Sementara Kanaya yang sadar betul mendapat tatapan itu hanya berdecak secara terang-terangan, sudah mengantisipasi. Jika ada lagi perkataan sengit dari Diandra, segala macam kalimat telah dipersiapan Kanaya sejak semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You
RomancePeringatan! Cerita ini mengandung unsur dewasa, Pembaca diharap bijak. "Makanya jangan kebanyakan ngobrol! Apalagi sampai nginap. Sarapan bareng juga nggak boleh. Semua bukan tanpa alasan, nanti takutnya jadi sayang." Kenyataannya, Kanaya mengabai...