Chapter 19

19.1K 2.3K 510
                                    

Senyum Kanaya terulas ketika langsung menemukan Diandra tanpa perlu bersusah payah mencari atau mengamati satu demi satu pengunjung Restoran Jepang yang cukup padat. Ia lantas melambaikan tangan, saat Diandra sudah memandanginya dari kejauhan. Kanaya segera melangkah menghampiri Diandra yang telah menempati salah satu meja berada di tengah-tengah.

Hari ini Kanaya seakan mendapatkan keberuntungan berlipat. Dimulai dari Kaliandra yang bersikeras mengantarnya pulang, sekaligus menyampaikan bahwa dia tidak jadi menginap lantaran sudah mem-booking salah satu hotel di daerah sini. Setelah itu, Diandra menelepon Kanaya menanyakan kabar, serta mengajaknya bertemu tiba-tiba. Seharusnya menjadi pertanda baik, berhubung Kanaya tidak ingin berburuk sangka.

Diandra yang menghubungi terlebih dahulu sangat melegakan bagi Kanaya. Setelah berhari-hari tanpa saling sapa.

"Sorry, gue lama, ya?" Kanaya tidak enak hati setelah mengulur waktu hampir setengah jam terbuang.

Diandra mengulas senyum tipis. "Nggak kok, gue baru minum ocha-nya." Ia menunjuk tempat teh tradisional khas Jepang tersebut yang telah tandas.

"Tumben, tempat main lo jauh banget sampai ke sini," ucap Kanaya mengingat jarak tempuh restoran yang berada di apartemennya dengan tempat tinggal Diandra lumayan jauh.

"Iya. Tadi ada urusan di dekat sini, jadi sekalian mampir." Diandra tersenyum tipis. "Duduk, Nay. Gue udah pesan juga buat lo. Kali ini it's on me."

"Wah, thank you." Kanaya berbinar menatap beberapa jenis hidangan nyaris memenuhi meja mereka. "Ada acara apa, nih?" Terheran menggeliat bersemangat di atas kursinya.

"Gue, 'kan, yang ngajak," jawab Diandra teramat santai. "Lo baru balik, dong, ya?" Diandra mengamati Kanaya yang mengenakan pakaian casual hanya membawa handphone dan wallet-nya saja.

"Iya, baru sampai sini waktu lo telepon tadi," kata Kanaya seraya mengangguk cepat. "Makanya gue turun agak lama, sorry banget, ya."

"Nggak masalah. Pasti lo capek banget. Gue nggak ganggu, 'kan?"

"Enggak ... kebetulan tadi ada yang ngantar." Kanaya tertawa pelan. Tubuhnya memang tetap terasa lelah, meski hanya duduk saja. Sebelum mendapat panggilan telepon dari Diandra, Kanaya telah berencana untuk kembali melanjutkan tidur.

Lagi-lagi Diandra mengulas senyum. "So, gimana kemarin? Training lancar, 'kan?"

Seolah mengikuti kata hati, Kanaya menerka Diandra lalu tersadar bahwa tengah berbasa-basi. "Tapi, Di, niat lo calling gue bukan karena tanya materi kemarin, 'kan?"  balasnya masih berpikiran positif.

"Ash grey looks good on you," komentar Diandra tiba-tiba mengenai warna pada rambut Kanaya—sejak kedatangan berhasil menarik seluruh perhatiannya.

Kanaya tersentak seketika, seraya menatap Diandra menanti perkataan selanjutnya. Masih ingin mencoba untuk memikirkan serta memberi sugesti positif dan baik dalam diri, namun perasaannya tidak dapat berbohong. Selain merasa déjàvu oleh kalimat Bu Sita minggu lalu, Kanaya mendadak tak nyaman saat benar-benar menyadari Diandra tidak sama seperti sebelumnya. "Iya. Lagi pengin ganti hair color."

"Oh, gitu ... bosan sama warna hitam?" Ucapan Diandra yang terkesan ramah sejak awal, hilang begitu saja. Nada bicara Diandra benar-benar dingin saat ini.

Kanaya mengerjap—tak siap usai mendapati tatapan Diandra yang telah menyalang marah kepadanya.

"Kemarin rambut lo sempat hitam, 'kan?" Diandra bertanya namun terdengar menuntut. "Kenapa mendadak ganti warna? Takut ketahuan lagi?" lanjutnya mendesis sinis.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang