Ketika Bayu akan berpamitan untuk berangkat kembali ke Jakarta, sekaligus menjemput Kanaya sesuai dengan ajakannya kemarin siang, Ibundanya terus menerus memandangi Bayu penuh harap. "Untuk Kanaya, 'kan?" Melihat persiapan yang dibawa putra satu-satunya.
Bayu tersenyum tipis. "Kira-kira bakalan kena tolak lagi nggak, Bu?" Tetap merasa sedikit khawatir, kembali mengingat akan penolakan dari Kanaya.
"Harusnya sih enggak, ya ...." gumam Arini sambil berpikir. Jika memang kembali ditolak, setidaknya perasaan Arini sebagai Ibu, tak akan kecewa dengan usaha yang telah Bayu lakukan.
Ibu dan Anak tersebut kemudian terdiam saling mengamati kursi penumpang belakang mobil.
"Kanaya baik, lho," tutur Arini berpendapat. Meski baru bertemu satu kali, ia tidak ingin melarang Bayu bertahan dengan perasaannya terhadap Kanaya.
"Anak Ibu juga baik," jawab Bayu mengalihkan sambil tertawa pelan.
"Iya, dong, kalau kamu anak ibu yang paling baik," puji Arini seraya menepuk pundak Bayu beberapa kali. "Tapi kamu jangan pura-pura nggak tahu maksud Ibu, lah." Merajuk ingin dipahami.
Bayu menghela napas samar ketika perkataan ibu berhasil menggugahnya. "Baik gimana dulu, nih?" Benar-benar ingin tahu.
"Baik, ya, baik. Bedanya kali ini, Kanaya itu jelas," jawab Ibu tanpa ragu. "Sandra juga baik, tapi dari awal Ibu kayak punya perasaan lain, dia nggak cocok sama kamu," lanjutnya mengungkap intuisi yang selama ini terpendam.
"Ini kenapa jadi bawa-bawa Sandra lagi?" Bayu tertawa sumbang. Sedikit terkejut mendengarnya. Selama ini Ibunya bahkan tidak berkomentar apapun mengenai hubungannya dengan Sandra.
"Mantan kamu yang paling berkesan cuma Sandra." Ibu menahan senyuman, kedua matanya menerawang.
Bayu menggumam lirih, menandakan benar adanya dan tidak perlu meralat sedikit pun ucapan Ibu. "Dia udah nikah, Bu."
"Lho?!" Arini terkejut. "Kamu kok nggak cerita apa-apa sama Ibu?" sambungnya hampir terpekik karena tidak percaya.
"Ya ... karena nikahnya nggak sama aku," balas Bayu tidak serius. "Nikahnya udah lumayan lama. Sekarang Sandra lagi hamil," terangnya santai, mengalir begitu saja. Ia sendiri masih tidak sadar, sejak kapan ia bisa setenang ini ketika kembali mengungkit Sandra bersama Ibunya.
"Kamu benar-benar udah lupa sama dia, ya? Sekarang kamu nggak pernah cerita lagi tentang Sandra." Arini tidak mampu menutupi senyuman senangnya, sekaligus menatap Bayu berbinar penuh harap.
Ternyata balasan Ibu seperti halnya Bayu, yang menyadari hal tersebut. Walaupun Bayu harus melalui cara yang paling menantang sekalipun. Namun sampai detik ini, tiada ada penyesalan di dalam hatinya. "Udah jadi mantan, ngapain masih diingat-ingat."
"Waktu baru-baru kalian putus, kamu masih suka cerita tentang Sandra ke Ibu beberapa kali." Arini tersenyum lebar. "Ibu masih ingat."
Lagi-lagi Bayu hanya dapat mengiyakan. Namun, sekarang keadaannya telah berubah.
Membuat Ibu tertawa sambil menepuk bahu Bayu pelan. "Ya ampun ... sabar, ya. Nanti pasti ada gantinya untuk kamu. Kayak Kanaya, contohnya."
"Nah!" seru Bayu mengangguk bersemangat. "Makanya Ibu nggak usah kirim-kirim lagi kontak perempuan."
Arini tertawa pelan. "Iya ... Ibu tahu sekarang kamu sukanya sama Kanaya."
"Abis ini, kayaknya mau telepon Kanu dulu," ujar Bayu kali ini tanpa mengelak.
"Ngapain?" Arini nyaris kembali terpekik lantaran cukup dibuat penasaran.
"Nggak enak kalau ngajak jalan atau dekat sama anak satu kantor," balas Bayu terbuka. Idenya tiba-tiba terlintas memikirkan kemungkinan buruk yang akan kembali Kanaya hadapi nanti. Bagaimanapun tujuan Bayu lakukan untuk mencegah adanya kejadian seperti kemarin, yang mengacaukan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You
RomancePeringatan! Cerita ini mengandung unsur dewasa, Pembaca diharap bijak. "Makanya jangan kebanyakan ngobrol! Apalagi sampai nginap. Sarapan bareng juga nggak boleh. Semua bukan tanpa alasan, nanti takutnya jadi sayang." Kenyataannya, Kanaya mengabai...