Chapter 9

23.8K 2.3K 226
                                    

Jika dahulu ketika Kanaya masih menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya, selalu mengikuti keinginan pria itu tanpa pernah memikirkan kesukaan ataupun keinginan Kanaya sendiri—semua berubah sepenuhnya saat Kanaya bertemu dengan Bayu. Dalam melepas hasrat mereka, Bayu memberikan Kanaya kebebasan untuk menyalurkan dan mengeluarkan semua naluri dari dalam diri.

Berawal dari Kanaya yang memastikan hanya akan membalas setiap perlakuan Bayu kepadanya—ternyata amat berbeda dari perlakuan mantannya di saat mereka melakukan bersama—Namun kini Kanaya sudah tidak sama sekali memikirkan rasa malunya. Ia benar-benar bisa lebih mengeksplorasi apa yang diinginkan atau hanya sekedar meraih akhir kenikmatannya.

'Fuck feelings, be a bitch.'

Seperti malam ini, meski bukan pertama kali Kanaya mendominasi, untuk melalui waktunya dalam mengarungi meraih kesenangan. Padahal beberapa jam lalu, pekerjaannya seakan menghabiskan setengah energi Kanaya. Sampai benar-benar merasa buntu. Bahkan ia tidak menyangka bisa menyelesaikan pekerjaannya tanpa melewati tenggat yang diberikan, meski harus berurusan dengan banyak pihak. Sometimes done is better than perfect.

"Lepas aja, ya, Nay?" Bayu berhasil membuyarkan fokus Kanaya.

Kernyitan di dahi Kanaya tertahan, mencoba memahami maksud ucapan Bayu. Di tengah kondisi harus membagi konsentrasinya di antara menggapai nikmat dan segala urusan pekerjaannya.

Tak diberikan reaksi persetujuan, Bayu yang tengah bersandar hanya memandangi Kanaya yang berada di atasnya, perlahan menegakkan tubuh. Membuat Kanaya meleguh saat merasakan bagian tubuh Bayu melesak semakin dalam.

Bayu sempat tertawa tertahan napasnya yang sudah terdengar lebih berat. Ia kemudian mengusap lembut punggung Kanaya di balik pakaiannya. Lalu dengan sengaja memainkan beberapa kancing yang masih terpasang. "Ini lepas, ya?" ulang Bayu lebih menunjukkan hal yang ia inginkan. Padahal beberapa menit lalu, Bayu telah mengabaikan bagian tubuh Kanaya yang membusung. Namun berakhir menyerah usai terus-menerus hanya memandangi tanpa menyentuh.

Kanaya tertawa tertahan di sela helaan napas yang memburu. Tidak menyuarakan jawaban, hanya mengangguk samar. Tanpa menanti lebih lama, Bayu segera menyingkap atasan Kanaya yang sudah tidak keruan, lalu memisahkan beberapa kancing yang masih terkait. Netra Bayu tak lepas terus-menerus memandangi Kanaya masih bergerak di atasnya, tampak begitu seksi saat tak bisa menyembunyikan sekaligus meredakan leguhannya. Tanpa sadar Bayu terpesona ketika Kanaya lebih memilih mengigit erat bibirnya, daripada menciumnya.

She's freaking hot!

Bayu semakin terheran merasa Kanaya malam ini—terlihat sekali mengejar kenikmatan. "What are you thinking, Kanaya?" tanyanya sangat penasaran.

"Everything, except you," balas Kanaya di antara helaan napas dan desahan lirihnya.

"Lagi stress, ya, kamu?" tebak Bayu sambil kembali membuka sekaligus melebarkan kain penutup tubuh bagian atas Kanaya. Kini kulit mereka bisa leluasa saling bersentuhan secara langsung. Setidaknya itu Bayu rasakan kala genggaman berhasil menjamah tubuh Kanaya yang begitu menggoda. Bayu bahkan bisa semakin menghirup harum dari perfume Kanaya. 

Kanaya seketika memeluk Bayu erat. Setelah sama sekali tidak memiliki harapan lebih, ternyata tangan Bayu dalam menjamahnya malam ini lebih aktif tak seperti biasa.

Merasa tidak juga menggapai puncak, bersama kemelut yang tertahan tanpa bisa diucapkan, membuat Kanaya mendadak menghentikan gerakannya. Ia menghela napas panjang. Seakan menyerah menumpukan tubuhnya seraya mengeratkan pegangan tangan pada bahu Bayu, lalu menyusupkan wajah pada ceruk leher pria itu.

Kegiatan mereka terhenti sejenak.

Bayu tertawa pelan saat merasakan deru napas Kanaya seakan membelai bagian belakang lehernya. Sebelum akhirnya membaringkan Kanaya untuk bertukar posisi memegang kontrol.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang