Chapter 10

45.7K 3.2K 655
                                        

Diandra masih mengingat awal tujuan dirinya ketika mencari pekerjaan, sampai berhasil memiliki penghasilan setiap bulan setelah melalui proses panjang. Ia bahkan menetapkan pikirannya, bahwa tak ada cara selain tetap mencintai ataupun menyukai pekerjaan yang sebenarnya ia tidak imginkan. Diandra hanya sekedar bertanggungjawab setelah bertambah dewasa, ketika menemukan alasan untuk tetap bertahan pada keadaan. Setidaknya kalimat tersebut terus-menerus menekannya ketika rasa malasnya muncul bersamaan dengan tugasnya. Ia tidak memiliki pilihan lain. Meski tidak ada yang sia-sia dan sering kali mengorbankan waktu lebih banyak.

Hal tersebut yang telah tersimpan lama sekali dan telah menjadi penyemangatnya, tiba-tiba berubah untuk pertama kali, ketika Diandra melihat Bayu sebagai seorang pria biasa—menanggalkan posisi dan jabatan Bayu yang cukup penting.

Sore itu, setelah satu hari penuh Hanan berdebat cukup rumit dengan salah satu pihak dari divisi Purchasing, Diandra langsung menawarkan diri untuk membantu menyelesaikan sisa masalah tersebut. Walaupun lagi-lagi ia harus merelakan jam pulangnya terulur bersama dengan beberapa rekan yang lain.

Terik matahari terasa yang mulai meredup dari kaca gedung, seakan menggambarkan sisa energi Diandra yang saat ini sudah sangat lelah. Akan tetapi, masih belum cukup sampai nanti harus menghabiskan sisa tenaga sampai pekerjaannya selesai. Beberapa rekan satu demi satu menyerukan break sesaat untuk mencari camilan atau sekedar segelas kopi. Hanya Diandra yang tertinggal pada deretan workstation bagian Finance.

Tiba-tiba pintu ruangan General Manager terbuka. Diandra sedikit tahu dari Hanan siang tadi, bahwa GM baru itu bernama Bayu. Ia sendiri belum pernah melihat, lantaran hari ini merupakan hari pertama GM bekerja. Pagi tadi, Diandra menghadiri pertemuan dengan beberapa pihak dari P.U sehingga tidak ikut perkenalan bersama beliau. Meski ketika jam makan siang tadi, Diandra sudah mendengar berbagai cerita tentang paras dari GM baru tersebut.

Diandra teralihkan sepenuhnya. Kedua matanya tidak melihat barisan angka lagi, kini ia terdiam sambil memandangi Bayu yang sedang menunduk mengetikan sesuatu pada handphonenya.

Meski ada jarak yang cukup jauh dari meja Diandra, namun tubuh tinggi Bayu dan postur badannya terlihat sangat jelas. Apa yang dikatakan para rekannya tidak sekedar omong kosong belaka. Diandra pun langsung setuju dengan beberapa penilaian orang-orang yang sempat ia dengar. Bayu semakin membuat Diandra teralihkan dari pekerjaannya.

Bayu yang masih diam di tempatnya terlihat datar, tidak berhasil menyamarkan ketampanan di wajahnya. Setelah teralihkan berkali-kali, Diandra diam-diam begitu menikmati memandangi sosok Bayu yang hanya berdiri tak jauh darinya. Walaupun Bayu telah menanggalkan jasnya, bagian lengan kemeja slim fit-nya pun sudah tergulung hingga sebatas siku. Sungguh tidak adil karena justru menambah rupawannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" ucap Diandra langsung berdiri saat menyadari langkah Bayu mendekati ruangan Hanan. Pandangannya sama sekali tidak beralih sejak pria itu keluar dari ruangan tanpa memedulikannya, hingga kini Bayu berhasil menoleh kepada Diandra. Ia semakin yakin jika paras Bayu mampu membuat hampir seluruh wanita yang memandangnya sanggup menahan tatapan hingga beberapa detik, sama seperti dirinya saat ini.

"Bapak Hanan sudah pulang, ya?" tanya Bayu mengubah tujuan—menelusuri workstation bagian Finance untuk menghampiri Diandra.

"Sudah, Pak, dari tiga puluh menit yang lalu," jawab Diandra seraya melirik arloji analog-nya. Kembali menatap Bayu yang kini semakin jelas. Seakan tidak menyia-nyiakan kesempatan langka ini.

Bayu memandangnya penuh pertimbangan, akan tetapi mengurungkan. "Terima kasih sebelumnya ...." Sambil melirik id card yang Diandra kenakan, namun terbalik.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang