Chapter 15

20K 2.2K 159
                                    

"Mbak Kanaya ... Ibu Kirana ada di kamar atas. Tadi saya sudah sampaikan kalau Mbak Kanaya datang. Bapak Kastara sama Mas Kaliandra sejak satu jam lalu lari pagi—mungkin sebentar lagi sampai rumah." Asisten Rumah Tangga di kediaman Papanya menjelaskan, ketika Kanaya baru saja memasuki rumah minimalis berlantai dua dengan design tropis modern.

"Makasih, ya," balas Kanaya kepada ART yang tidak jauh sepantaran dengannya. "Betah nggak kamu di sini, Mbak?" tanyanya kemudian sambil menempati salah satu dining chair di dekat tangga.

"Betah, Mbak Kanaya." ARTnya mengulum senyum.

"Papa baik atau suka marah-marah?" bisik Kanaya terdengar lucu sontak membuat ART-nya tertawa.

"Bapak Kastara baik. Semua baik sama saya," balasnya jujur lalu tersenyum simpul. "Mbak Kanaya mau nginap?"

Kanaya yang tertawa sambil mendengarkan, terkesiap ketika ia mengeluarkan handphone dari dalam tasnya. "Aku nggak nginap, mampir aja sebentar," ujarnya memberitahu, lalu dibalas dengan anggukan pelan.

"Mbak Kanaya, mau dibuatkan apa?"

"Enggak. Nanti aku ambil sendiri kalau mau," balas Kanaya yang mencoba membagi fokusnya beralih dari handphone.

"Kalau begitu, saya tinggal dulu, ya."

Kali ini Kanaya yang mengangguk seraya mengulum senyum tipis, sebelum Mbak tersebut melangkah menjauh.

"Mami kira kamu nggak jadi datang, nggak kasih kabar sebelumnya," sapa Mami Kanaya yang tengah menuruni anak tangga, tak lama setelah kepergian ART tersebut. Raut wajahnya tampak berseri senang menyambut.

"Hi, Mam." Kanaya terkekeh menanti Mami turun. "Tumben pagi-pagi udah di sini," ucapnya riang ketika dipeluk sesaat. "Padahal belum hari minggu."

Mami memicing sebal. "Memang kamu doang yang kangen sama Papa? Mami nginap di sini dari semalam."

"Kok Mami nggak ngasih tahu aku kalau nginap?" gerutu Kanaya. Meski tidak membuatnya datang lebih awal, cukup terkejut oleh tindakan Mami yang tidak seperti biasa.

Mami hanya terkekeh seraya duduk di sebelah Kanaya. "Kamu jadi training?"

Kanaya mengangguk samar. "Jadi, dong. Nanti aku berangkat dari sini. Aku mampir sambil nunggu waktu aja." Jarak hotel tempatnya training lusa hanya membutuhkan waktu empat belas menit menit dari kediaman Papa. Salah satu alasan  Kanaya untuk memutuskan singgah sejenak, menemui Papa dan Kakaknya—kebetulan Mami pun ternyata sudah bergabung di rumah ini—menambah bahagia yang Kanaya rasakan.

"Di mana?" tanya Mami yang sudah Kanaya beritahu perihal pelatihannya sejak satu minggu lalu.

"Grand Zuri."

"Dekat, dong!" Mami Kanaya tampak terkejut. "Kalau begitu, biar Mami aja yang antar kamu ke sana. Tadi Mami dapat laporan dari si Mbak, katanya mobil kamu kotor."

Kanaya merengut tidak terima. "Nggak terlalu kotor," ralatnya begitu cepat.

"Kapan terakhir kali kamu steam mobil?"

"Kapan, ya ...." gumam Kanaya sesekali meringis samar, mencoba mengingat kembali, namun menggeleng tak yakin. "Lupa, kapan terakhir kali cuci mobil."

Maminya mendesis sebal. "Malu dong, Nay, kamu cakep tapi mobil kotor ...."

"Mobil aku nggak sekotor kayak yang di pikiran Mami. Kalau nggak percaya lihat sendiri," ulang Kanaya menyanggah ucapan Mami yang menurutnya berlebihan.

"Apa salahnya kalau tetap bersih? Itu dari Papa, harusnya kamu rawatlah," pesan Maminya sedikit melunak. "Ya udah, nanti Mami suruh Abang bawa, buat bersihin dalamnya sekalian."

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang