Chapter 30

45.4K 3.9K 446
                                    

Bukan hanya suasana hatinya yang baik, semangat Damar pagi ini sangat penuh untuk memutuskan berangkat lebih awal. Setelah menanyakan kepada Inggrid, pukul berapa biasanya Bu Sita tiba di kantor, Damar benar-benar sudah duduk di sofa pada lobby utama kantor. Tujuannya hanya satu, menunggu Bu Sita datang.

Benar saja, tidak sampai menunggu lama, Damar melihat Bu Sita turun dari mobil di pelataran kantor. Lantas Damar bersiap untuk menemuinya.

"Bu Sita!" Damar memanggil Bu Sita begitu bersemangat.

Langkah Sita pun terhenti seketika. "Kamu ngapain?" tanyanya heran melihat Damar berlari kecil menghampirinya.

"Saya mau kasih info tentang Pak Bayu dan Kanaya, Bu," ucap Damar tampak semakin antusias.

"Oh ...." Sita mengulum senyum ketika mengingat taruhan mereka seminggu lalu.

"Mereka udah jadian ini, Bu." Damar langsung menyodorkan handphonenya, yang menunjukkan postingan Kanaya.

"Ini anak si Wisnu kalau masalah beginian bisa gercep banget," sindir Sita kepada Damar.

Alih-alih tersinggung, Damar justru menyengir. "Bu Sita 'kan udah janji sama saya waktu itu."

Tanpa membalas lagi, Sita langsung menerima handphone Damar. "Kamu yakin ini dari Pak Bayu?" komentar Sita mengerut masih tidak percaya.

"Saya nggak pernah seyakin ini. Baca juga kolom komentarnya dong, Bu Sita." Damar nyaris berdecak gemas. Namun, ia langsung membuka komentar pada postingan Kanaya.

"Ini kalau bukan dari si Bos, kenapa Pak Bayu komentar pakai emot love pink sama peluk gini," lanjutnya menerangkan.

Sita berdecak saat menyadari kekalahannya.  "Kemarin kamu sama siapa aja, ya?"

"Karen sama Inggrid anak Bu Sita sendiri," balas Damar begitu bangga akan kemenangan mereka.

"Kirim sini nomor rekening kamu."

Tanpa berlama-lama, Damar lantas mengirimkan nomor rekeningnya.

"Tolong, Mar, pegangin tas laptop saya," pinta Sita yang agak kerepotan saat mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

Damar yang sigap, langsung mengambil alih.

Tidak lama kemudian, handphone Damar di dalam sakunya bergetar.

Bersamaan dengan Sita yang mengambil tasnya kembali.

Tak perlu menunggu lebih lama, Damar langsung mengeceknya. Ternyata ada uang masuk sekitar satu juta rupiah.

"Bagi rata, ya, Mar. Kalian makan yang enak."

"Wah, terima kasih banyak, ya, Bu. Nanti saya langsung kabarin Karen sama Inggrid."

Sita yang sedikit masam, menggumam panjang mengiyakan.

"Jangan lupa, Bu, siapin juga uang jajannya buat kita-kita," ujar Damar tanpa sungkan—tidak tahu malu.

"Masa iya, sampai nikah? Bisa aja mereka bosan," balas Sita semakin keberatan.

"Lho, Bu Sita ini gimana ... apa tujuan mereka kalau bukan menikah?" Damar menyanggah tidak sejalan.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang