Karen memandangi Kanaya yang masih terdiam. "Apalagi yang gue nggak tahu?" todongnya kembali bertanya dengan berbagai spekulasi di dalam benak. "How come, Kanaya?! Kalian kok diam-diam bisa sampai selama ini," lanjutnya memekik tertahan. Karen dibuat terheran-heran dan juga kagum bersamaan. Mengingat pertemuan dia bersama Kanaya dan Bayu ternyata sudah satu tahun berlalu. Namun kenapa mereka bisa tidak bosan satu sana lain.
Kanaya yang merasa dirundung tanpa persiapan memilih bungkam. Untuk mempersiapkan kata-kata penjelasan.
"Wah!" Karen mendengkus tak habis pikir, menertawakan dirinya yang baru saja tersadar, jika mereka benar-benar masih berhubungan.
Sementara Kanaya yang masih diam, mencoba tidak menghiraukan. Menurutnya semua kelakuannya bersama Bayu, tak ada yang perlu dibenarkan ataupun memerlukan pembelaan. Ia pun tak akan mengambil pusing jika Karen menduga yang tidak-tidak.
"Hello, I'm talkin' to you," desis Karen gemas sejak tadi dihiraukan.
"Go on ... I'm listenin'," balas Kanaya seraya menghela napas panjang. Menghadapi Karen seakan telah siap mendapat pertanyaan selanjutnya.
Melihat kepasrahan Kanaya, membuat Karen melunak. Ia menghela napas keras-keras, mencoba meredam segala keterkejutan yang belum juga hilang, meredam pula segala kekesalan yang tercipta. Sebenarnya sejak keberadaan Bayu tidak ada di antara mereka saat ini, Karen diam-diam menyadari kesalahannya yang seakan ikut campur. Padahal hubungan yang dijalani Kanaya dan Bayu bukanlah urusan Karen. "Dia biasa nginap di sini? Katanya kemarin nggak pernah."
"Sebelumnya memang nggak pernah, ini yang pertama kali," jelas Kanaya jujur. "Ini nggak seperti yang lo pikirin sekarang, Ren." Kanaya sudah cukup bingung dan serba salah untuk merespon hingga menceritakan lebih lanjut. Jika menjelaskan semua, tidak juga membuat Karen lantas percaya begitu saja. Belum lagi, kejadian tertangkap basah tadi, menjadikan Kanaya tidak dapat berkelit sedikitpun. Sudah bisa dipastikan alasannya akan sia-sia.
"Memang apa yang ada di pikiran gue?" ledek Karen mengulum senyum—terlihat sangat menyebalkan bagi Kanaya.
Kanaya memutar mata sebal. Akhirnya tanpa menanggapi, ia lebih memilih menghindari Karen kembali mendudukkan diri pada kitchen stool.
Karen yang mengekor semakin terkejut ketika matanya menangkap dua mangkuk smoothies di atas kitchen bar. "Selain nggak pernah nginap kata lo, nggak pernah sarapan bareng. Tapi ini apa?" Menunjuk mangkuk tersebut bergantian. Kali ini, rasa penasarannya kembali berputar semakin membelit ingin segera dituntaskan. Akan tetapi, ia sudah paham akan batasan jadi tidak menuntut Kanaya lebih jauh. "Ini bukti, kan?" Karen menggeleng tak percaya.
"Gue sama Bayu nggak se-complicated itu," elak Kanaya tegas. Ia yang berniat menawarkan pria itu makanan tersebut untuk sarapan, karena atas dasa bentuk kesopanan. Padahal Karen belum tahu jika Kanaya juga memberikan obat sakit kepala miliknya kepada Bayu tadi.
"Liar," umpat Karen tetapi semakin tertawa.
Kanaya berdecak menatap Karen sebal. "Semalam gue ditelepon temannya. Dia bilang Bayu mabuk, terus nggak bisa antar balik. Akhirnya gue bawa Bayu ke sini, karena access card apartement punya dia ada di mobil," jelasnya mulai terganggu oleh tuduhan Karen yang seakan tidak berdasar.
"Memang mobilnya kenapa sampai lo harus bawa Bayu ke sini?" tanya Karen ingin tahu, akan tetapi perlahan bisa memahami keadaan ini. Berhasil pula menyurutkan spekulasinya yang berlebihan.
"Waktu sampai di sana mobil dia udah diurus sama temannya," jawab Kanaya sedikit menahan kekesalan. "Apalagi yang mau lo tanya? Nggak biasanya lo banyak tanya."
![](https://img.wattpad.com/cover/264784356-288-k739433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You
RomancePeringatan! Cerita ini mengandung unsur dewasa, Pembaca diharap bijak. "Makanya jangan kebanyakan ngobrol! Apalagi sampai nginap. Sarapan bareng juga nggak boleh. Semua bukan tanpa alasan, nanti takutnya jadi sayang." Kenyataannya, Kanaya mengabai...