Chapter 11

21.7K 2.2K 232
                                    

Handphone Kanaya berdering sekaligus bergetar di atas perut, membuatnya seketika terbangun. Ia bahkan baru sadar jika ternyata ketiduran–entah sejak kapan. Kanaya mengerutkan kening terkesiap karena adaptive brightness pada handphone miliknya. Melihat nama Bayu yang muncul tidak membuat Kanaya lantas menjawab telepon pria itu. Ia justru dibuat terkejut saat melihat jam pada layar, ternyata sudah berubah satu jam berlalu.

"Kenapa?" jawab Kanaya akhirnya menerima panggilan masuk tersebut. Ia yang sudah mengantuk kembali memejamkan mata.

"Nay, aku ke sana, ya?"

Kanaya kembali membuka mata, kantuk yang semula mendera hilang seketika. "Sekarang kamu mau ke sini?" Kanaya tidak percaya mencoba kembali meminta penjelasan dan memastikan pendengarannya tidak salah. Pasalnya kini sudah tengah malam, hari pun telah berganti. Bahkan terakhir mereka bertemu, belum genap tiga hari.

"Iya, Kanaya."

"Posisi kamu di mana?" tanya Kanaya setelah ikut terdiam sejenak.

"Udah dekat."

"Ini supaya lebih sopan atau gimana? Biasanya juga langsung ke sini!" protes Kanaya.

Suara tawa Bayu terdengar lepas di ujung telepon.

Kanaya mengerucutkan bibir tanpa sadar, meski ingin sekali berdecak langsung. Bayu sengaja membuatnya tidak bisa menolak. "Ya udah," putusnya meski tanpa ada paksaan. Kanaya juga mempertimbangkan beberapa hal yang akan ia dapatkan—tentu saja menguntungkan—setidaknya tak akan menimbulkan penyesalan. Setelah itu, Kanaya tidak lagi mendengar sahutan dari Bayu yang telah memutus sambungan telepon.

Sempat terdiam beberapa saat, Kanaya kemudian menggeliat di atas ranjang. Setelah sering kali bertemu Bayu, Kanaya yang mulai terbiasa tidak membuatnya segera bergegas memantaskan diri. Karena ia merasa tidak perlu memperbaiki penampilannya. Teringat Bayu sudah beberapa kali melihat dirinya dalam keadaan kacau sekalipun. Kemudian Kanaya memutuskan untuk bangun seraya mengamati kamar, memastikan tidak ada sesuatu yang berserak.

Sambil menanti kedatangan Bayu, Kanaya mengambil potongan buah dari dalam refrigerator dan sebotol air mineral. Lalu duduk bersandar pada sofa bed untuk kembali lanjut menonton series yang sempat diikuti sebelum dirinya tak sengaja tertidur.

Tak sampai satu episode selesai, namun cukup untuk menghabiskan potongan buah berserta sebagian air mineral, akhirnya terdengar jelas suara Bayu memanggil.

Kanaya menyahuti cepat masih dalam setengah berbaring, tangannya lantas bergerak untuk menghentikan sejenak tayangan televisi di hadapan.

"Tadi kamu udah tidur, ya?" ucap Bayu yang baru saja muncul, lalu meletakkan kartu akses beserta shopping bag tidak terlalu besar di atas meja.

"Iya, ketiduran dari jam sebelas kayaknya." Kanaya masih mengamati Bayu yang sempat memandangnya singkat. "Kamu dari mana mau ke mana?" Penasaran melihat penampilan Bayu lebih rapi dari biasanya.

"Tadi sempat mampir ke rumah Hanan, terus ke sini," balas Bayu masih berdiri seraya memainkan handphone.

"Hanan?" Kanaya tertawa pelan.

Pandangan Bayu beralih kepada Kanaya. "Iya, Hanan," ujarnya menekankan lalu memasukkan handphone-nya ke dalam saku.

"Hanan atau Diandra?" ledek Kanaya seolah tahu persis apa yang telah terjadi di dalam benak Bayu.

Bayu tidak membalas dan tak lagi menatapnya. Ia hanya tertawa lirih memilih sibuk dengan tas tersebut. "Ini," katanya mendekati Kanaya sambil menyodorkan shopping bag lebih kecil berlogo buah—salah satu jajaran perangkat personal paling andal yang terkenal.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang