Chapter 12

22.5K 2.2K 210
                                    

Tangan Kanaya begitu cepat mengetap-tap sponge base makeup pada seluruh wajah, lalu menggunakan compact powder, setelah itu membubuhkan sedikit eyeshadow berwarna netral pada kedua kelopak mata. Namun semua kegiatan merias diri terhenti sejenak-Kanaya tidak segera melanjutkan untuk kembali memakai beberapa makeup yang tersisa lainnya.

"Kenapa?" tanya Bayu yang tengah menyetir, lantas teralihkan hingga menoleh ke arah Kanaya yang mendadak terdiam.

Kanaya melirik sekilas rasanya malas sekali menjawab. Masih ada kekesalan di dalam hatinya. Ketika mengingat keterlambatannya pagi ini merupakan ulah Bayu. Jika satu jam lalu tidak menghambat Kanaya yang telah berpakaian rapi akan ber-makeup, ia yakin saat ini telah sampai di kantor seperti biasa. Entah apa yang membuat Bayu berhasil mengacaukan semua. Pagi tadi Bayu mendadak kembali mengajaknya untuk melakukan quickie.

"Masih sisa satu, nih," ucap Bayu meraih sebuah protection yang biasa mereka digunakan tergeletak di atas nightstand. Satu bungkus itu merupakan sisa semalam yang ternyata mereka tidak cukup menggunakan hanya satu.

Tanpa harus menjelaskan lebih detail, Kanaya langsung bisa mengerti maksud ucapan tersebut. "Enggak. Aku udah rapi." Ia menolak tegas, sebelum Bayu berucap lebih panjang. Namun ada sedikit rasa mengganjal di hati, sangat disayangkan Bayu mengapa tidak mengajaknya untuk melakukan lebih awal. Teringat sebelum membersihkan serta merapikan diri, pria tersebut justru seakan tidak melihat keberadaan Kanaya.

"Aku juga udah siap, mau berangkat." Bayu membalas dengan senyuman setengah menyeringai.

Gerak kedua mata Kanaya segera meneliti penampilan Bayu-memang sudah mengenakan pakaian formal-meski belum lengkap dengan dasi dan jasnya. "Ya udah, sana kamu berangkat sekarang," cetusnya sambil lalu seraya menyiapkan beberapa peralatan makeup yang akan digunakan.

"Sekali lagi, Nay. Tanggung sisa satu." Bayu tidak menyerah, masih terus mendekati Kanaya yang kini terdiam setelah memeriksa barang bawaan di dalam tasnya.

"Aku belum makeup," ucap Kanaya beralih menggunakan pelembab wajah.

"Nanti bisa di mobil." Bayu tidak sedikit pun berpindah dari hadapan Kanaya.

"Aku nyetir, Bayu ...." desah Kanaya sambil memutar mata seketika, tidak habis pikir, Bayu yang seperti ini justru semakin menghambat kegiatannya.

"Memang kenapa kalau nggak pakai makeup?" Bayu mengernyit menatap Kanaya-menurutnya tidak ada satupun masalah pada wajahnya.

Kanaya mengembuskan napas berat. "Seriously?" Namun gagal menahan untuk tidak tertawa geli. Rupanya Bayu tidak menyerah begitu saja. "Aku belum pernah ngeseks pagi-pagi," balas Kanaya jujur, tetapi tidak begitu tertarik.

"Ayo, makanya coba," ajak Bayu tanpa beban sambil tertawa pelan.

"Iya, kapan-kapan. Jangan sekarang, udah mepet," kata Kanaya sambil lalu memandang Bayu yang telah berdiri tepat di hadapannya dalam jarak cukup dekat.

"Nay," ucap Bayu seraya menahan tangan Kanaya yang akan meraih salah satu makeup-nya. "Aku antar. Kita berangkat bareng." Ia seperti kehilangan akal sehat-tidak lagi memedulikan akan mengalami penolakan-sejak meminta izin untuk menginap, kemudian melewati pagi bersama Kanaya merupakan tindakan yang salah.

"Eh-" Kanaya tergagap sekaligus terlonjak saat Bayu sudah menghimpitnya, meniadakan jarak. Tak lagi sempat membalas, seluruh perkataan Kanaya melebur lantaran teralihkan bersama bibir Bayu yang sudah berada di antara ceruk lehernya.

"Aku janji, satu kali, cepat." Bayu berbisik seakan begitu menggoda di telinga Kanaya, membuatnya tidak bisa menolak. Ikut larut dalam gelora yang baru saja disalurkan oleh Bayu. Kanaya bersusah payah untuk menahan leguhannya melalui decap bibir Bayu yang tengah mengesap terburu. Di saat itu pula Kanaya menyesal karena mengulur waktu tidak bertahan pada penolakan.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang