Chapter 23

46.8K 3.9K 486
                                        

Wajah Kanaya tampak murung sejak keluar dari dalam ruang pertemuan tersebut. Semua perkataan Bayu terus-menerus terngiang, ini sama sekali tidak ia harapkan. Kanaya bahkan dibuat kebingungan, mengapa Bayu bisa leluasa berbicara seperti tadi, di hadapan Pak Wisnu dan juga Damar. Belum lagi, Kanaya pun mengkhawatirkan jika seluruh ucapan Bayu terdengar oleh orang lain, walaupun kecil kemungkinan lantaran ruangan tersebut kedap suara. Hanya saja, ia sudah berusaha keras untuk menghindari Bayu dan juga Diandra, kalau seperti ini, semua usaha Kanaya akan sia-sia.

Kanaya melangkah menyusuri foyer menuju kembali ke mejanya, ia pun sempat membalas sapaan dalam bentuk senyuman kepada beberapa rekan yang berpapasan. Kemudian Kanaya melewati beberapa baris workstation divisi lain dalam diam. Tanpa segaja melihat Diandra tengah serius mengerjakan sesuatu, perlahan membuat Kanaya bisa kembali tenang lantaran tidak merasa ada keanehan dari sikap wanita itu.

Handphone Kanaya kembali bergetar saat dirinya baru saja sampai di meja. Bahkan, ia sempat melupakan pesan dari Maminya. Namun, Kanaya lebih memilih untuk membuka pesan dari Karen terlebih dahulu. Karen ternyata menanyakan menu makan siangnya. Walaupun Kanaya sudah tidak berminat untuk memikirkan keinginannya tentang makanan, Kanaya tetap membalas pesan tersebut.

Lalu Kanaya beralih, membuka pesan dari Maminya.

Mommy
[Photo]
Gimana menurut kamu?

Kening Kanaya mengerut tipis mengamati foto tersebut. Beberapa kali ia coba untuk memperbesar ukuran foto tersebut, sekaligus menilai baik-baik.

Dalam kurun waktu tiga bulan ini, Mami gencar sekali mengirimkan foto-foto anak temannya. Teringat pertama kali, Kanaya sempat langsung mencetus jujur, bahwa ia sama sekali tidak tertarik untuk mengenal lebih lanjut. Namun usaha Mami tidak lantas berkurang, Mami tidak menyerah masih saja mencoba menjodohkannya, dengan rutin mengirimkan foto dari anak-anak rekannya yang lain.

Siapa lagi ini, Mam?

Balasnya masih terdiam memandangi foto laki-laki tersebut. Kanaya belum pernah melihat pria itu, di antara banyak anak dari relasi Mami. Dahulu Kanaya pernah berkenalan dengan beberapa orang secara resmi, ketika Mami tengah menghadiri suatu acara.

Kanaya semakin mempertimbangkan poin yang selama ini dia lewatkan. Sikap kritisnya mendadak meningkat, namun masih bisa bersikap netral untuk menilai. Seperti saat ini, wajah pria tersebut tidak terlalu tampan. Namun, beruntung karena terselamatkan oleh senyumannya, menurut Kanaya pria ini menjadi sedikit menarik di matanya.

Belum sempat mengalihkan pandangan, Mami sudah membalas pesannya.

Mommy
Anak teman Mami.
Kamu suka gak?

Kanaya mendengkus geli—memang ada jawaban apa lagi selain sahutan itu. Namun Mami berhasil menghibur suasana hati Kanaya yang sedang tidak baik-baik saja. Sekali lagi, Kanaya memperbesar gambar tersebut agar bisa melihat lebih detail dan jelas.

Kurang ganteng, Mam.

Mommy
Susah banget deh ganteng selera kamu.
Gak mau coba ketemuan dulu?
Mami udah cari tahu sedikit, ternyata zodiaknya sama kayak kamu.
Hari lahirnya sabtu, bagusss.
Kali aja kalian cocok.

Setelah mencoba untuk mencari pedoman tentang sikap dan perilaku seseorang melalui zodiak, Mami pun mencari tahu sampai ke hari lahir. Pergerakan Maminya ternyata sudah cukup jauh dan tidak main-main.

Bibir Kanaya mengerucut samar. Kanaya tidak menyangkal, semenjak mengenal Bayu pandangan serta penilaiannya terhadap pria banyak berubah. Haruskah Kanaya mengirimkan foto Bayu kepada Maminya—supaya bisa menjadi bahan tolok-ukur dalam mencari kandidat.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang