Chapter 22

22.5K 2.6K 433
                                    

Mode getar pada handphone Kanaya tiba-tiba aktif, menunjukan notifikasi bahwa Mami baru saja mengirimkan sebuah foto. Alih-alih membuka pesan tersebut, Kanaya memutuskan untuk mematikan layar handphone, kembali fokus mengenai materi dalam rapat yang tengah berlangsung.

Sejak 30 menit lalu, Pak Wisnu sangat bersemangat dalam mempresentasikan perkembangan legalitas berkas dari proyeksi pembangunan sebuah gedung perkantoran yang sedang berlangsung.

Tanpa sengaja tatapan Kanaya bertemu dengan Karen yang tengah meliriknya, mereka lantas saling mengulas senyum tipis. Lalu Kanaya mengedarkan pandangannya ke arah rekannya di ruangan meeting. Hari ini hanya terisi oleh anggota team di bawah kepemimpinan Pak Wisnu saja.

Hingga akhirnya, pandangan dari kedua netra Kanaya bertemu sejenak dengan milik Bayu, yang juga tengah memantau pertemuan bulanan kali ini. Pria itu menarik salah satu sudut bibirnya, karena berhasil memergoki Kanaya yang ternyata tidak fokus sepenuhnya. Pandangan Kanaya langsung beralih, kepada Pak Wisnu yang tengah menjadi pusat perhatian mereka semua. Meski diam-diam Kanaya juga mengetahui bahwa Bayu telah meliriknya berkali-kali sejak menit pertama rapat tadi baru dimulai.

"Baik, terima kasih Bapak Wisnu. Nanti saya sampaikan langsung kepada Pak Ferdy mengenai sertifikasi dari BPN sudah selesai sesuai appointment awal." Bayu mengulas senyum tipis pertanda puas dengan perkembangan hasil team legal.

"Next week pihak National Land Agency baru akan memberikan sertifikat asli yang sesuai dengan luas pemetaan tanah. Karena ada beberapa perubahan data pratinjau di satu tahun lalu," lanjut Pak Wisnu kembali memberikan informasi tambahan.

Bayu kembali mengangguk-angguk puas. Kemudian pandangannya meneliti seluruh orang yang ikut serta, secara tidak langsung kembali memandang Kanaya, walaupun singkat. "Siapa yang survei mengenai perizinan gedung baru milik Direktorat Jendral Bina Kontruksi yang ada di Bogor?"

"Karenina," jawab Wisnu yakin. "Ya, Ren, saya kurang tahu hari apa, tapi minggu ini," terangnya sambil meneruskan kepada Karen, sejak beberapa hari lalu sudah mendapatkan surat penugasan dari instansinya.

"Baik, Pak." Karen mengangguk menyanggupi.

"Kalau jembatan bailey yang di Temanggung?" tanya Bayu masih mengamati satu demi satu orang, kecuali Kanaya.

"Rencananya saya, Pak." Damar menyahut dari ujung meja.

"Oh, kamu," gumam Bayu belum juga lega.

"Damar, ready, ya? Saya belum tahu kapan, yang pasti dalam waktu dekat." Wisnu lagi-lagi menimpali.

"Saya selalu siap, Pak," balas Damar sama sekali tidak keberatan.

"Kalau Kanaya nanti rencananya ke Surabaya, survei lokasi gedung diklatnya," jelas Wisnu tanpa diminta, sebelum Bayu kembali bertanya lebih lanjut.

Bayu menegakkan tubuhnya menahan decakan keras yang nyaris lolos begitu saja. Terlebih ketika melihat Kanaya tampak bersemangat dan senang lantaran mendapatkan kesempatan untuk dinas luar. "Lumayan jauh, ya ...." Bayu terdengar keberatan.

Wajah cerah Kanaya meredup seketika, saat mengamati Bayu yang sangat mencurigakan, penuh pertentangan dengan dirinya saat ini.

"Yang lain, tetap semangat kerja di sini bareng saya. Jangan sedih. Ada banyak tugas yang menanti di kuartal pertama tahun depan." Wisnu langsung mendapat sahutan serentak dari sisa orang di team work-nya.

"Karenina, kamu lebih enak dinas luarnya ke mana kira-kira?" Tanpa diduga, Bayu tiba-tiba bertanya penuh minat, seolah menemukan jalan keluar dari masalah yang ada. Hingga seluruh pasang mata memandangi begitu jelas menahan penasaran.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang