Chapter 13

42K 3.5K 293
                                        

Hari ini pekerjaan Kanaya tidak terlalu banyak, sebelum menjelang waktu jam makan siang ia memutuskan mampir ke coffee shop yang berada di lantai dasar. Ketika sedang menanti lift turun, Damar yang terlihat baru saja memasuki area lobby melangkah tergesah menghampiri Kanaya.

"Dari mana, Mas?" sapa Kanaya saat Damar sudah berada di dekatnya.

"Biasa," balas Damar sambil menyengir lebar.

Kanaya mengulum senyum maklum. Biasa yang dimaksud seniornya itu, mencuri-curi waktu di sela jam kerja untuk pergi sebentar mengurus keperluan pribadi.

"Karen baru balik training, ya?" tanya Damar membuka topik baru.

"Iya, baru balik kemarin. Hari ini anaknya lagi ulang tahun," jelas Kanaya membeberkan.

"Oh, dia waktu itu lahir juga? Gue kira diunduh," celetuk Damar seakan tengah terheran-heran.

"Parah banget lo, Mas!" balas Kanaya namun tidak bisa menahan tawanya.

"By the way, abis Karen training, kayaknya bakalan lo duluan. Gue jadi yang terakhir setelah kalian," ungkap Damar kali ini lebih serius.

Kanaya cukup terkejut mendengarnya. Namun tidak bisa juga menolak atau mengajukan keinginan untuk menunda. "Ini karena lo request ke Pak Wisnu atau gimana?" timpal Kanaya curiga, setengah menuduh.

Damar terbahak. "Gue mau ada urusan, dalam waktu dekat."

"Jadi mau kawin?" tebak Kanaya sedikit yakin.

"Nikah, Kanaya. Kalau kawin sering." Damar langsung mengoreksinya.

Kali ini Kanaya yang tertawa. Sama dong. Meski ia juga sepenuhnya yakin, Damar tidak sedang bercanda. "Lagi ribet ngurusin banyak hal, ya, Mas?"

Damar mengangguk-angguk lalu kemudian menghela napas lelah. "Lagi capek-capeknya, Nay. Tapi kalau nikahnya sama lo kayaknya nggak secapek ini."

Kanaya berdecak kecil. "Masih aja dibahas! Awas, calon bini lo dengar, nambahin masalah aja."

Damar hanya mengulum senyum, tidak sama sekali menyesal mengungkapkan isi hatinya. Melihat Kanaya kembali di saat hanya berdua saja, tidak lantas melupakan usahanya dulu dalam mengejar Kanaya. Namun seakan tidak terlihat sama-sekali oleh wanita di hadapannya. Kanaya yang selalu apa adanya, Kanaya yang peduli sama semua orang, Kanaya yang asik diajak ngobrol apapun, Kanaya yang selalu tanggungjawab dengan pekerjaannya, juga Kanaya itu sangat seksi menurut Damar.

Kanaya yang terdiam jelas semakin percaya, setelah dapat memahami sisi lain dari seorang laki-laki. Kaum mereka bisa saja langsung menikah jika mereka mau, tanpa harus memikirkan rasa cinta kepada pihak wanita. Sangat berbeda sekali dengan dirinya. Walau bagaimanapun rasa cinta itu yang membuat seseorang mampu bertahan bersama dalam segala kondisi.

Kemudian lift berdenting di hadapan mereka. Tanpa kata, Kanaya masuk terlebih dahulu disusul oleh Damar.

"Nay, jangan dipikirin, kata-kata gue tadi," ucap Damar memandang Kanaya tampak sulit diartikan.

"Enggaklah, ngapain mikirin. Semoga lancar ya, Mas, persiapan sampai acara nikahannya nanti," balas Kanaya benar-benar tulus.

"Thanks, ya, Nay. Semoga lo juga cepat nyusul." Entah harapan Damar benar-benar tulus atau hanya sekedar basa-basi saja.

Kanaya mengangguk singkat sambil tersenyum.

"Emang sekarang udah punya pacar?" Damar kembali menggoda Kanaya, diam-diam ingin tahu juga.

"Ih, ngeledek banget lo," balas Kanaya tidak terima. Meskipun memang belum punya. Tetapi menjunjung harga dirinya tetap menjadi hal paling utama.

Setelah itu keduanya tertawa bersama. Lift mereka pun terbuka, telah mengantarkan mereka ke lantai tujuan. Kanaya dan Damar lantas memisahkan diri menuju tempat masing-masing.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang