Chapter 8

22.5K 2.4K 242
                                    

Tidak seperti biasanya, pagi ini Bayu sudah tiba di kantor. Setelah melewati perjalanan jauh dari kediaman orang tuanya—menempuh jarak 145 kilometer—seakan tidak sulit bagi Bayu, tidak pula membuatnya lelah setelah banyak menghabiskan waktu. Bayu harus berangkat lebih pagi agar terhindar dari padatnya jalanan. Teringat akan kesalahannya yang menunda pulang dari kemarin sore, ia juga harus merelakan waktunya untuk melanjutkan tidur di apartemen.

Setelah merasakan libur tiga hari berturut, tidak serta-merta membuat suasana parking lot mendadak ramai dipenuhi semangat. Terbukti, hingga saat ini belum dipadati mobil-mobil yang terparkir. Begitu pula dengan raw parkir milik Yuda—tepat di sebelahnya—masih kosong. Milik dari beberapa Direktur lainnya pun belum terisi. Kemudian space khusus milik Galang justru tersegel. Bayu menghela napas panjang memandanginya. Ia tahu, Galang pasti tengah disibukkan dengan segala persiapan menjelang pernikahan bersama Sandra yang akan dilaksanakan pekan depan.

Tidak ingin meratapi keadaan hati lebih lama, Bayu memutuskan segera bergegas menuju lift. Hingga langkahnya mendadak pelan, saat melihat Diandra yang ternyata tengah menanti lift dari atas. Tak lagi membuang kesempatan, bersamaan dengan langkah Bayu semakin mendekatinya. "Pagi, Di. Baru datang juga?" Tanpa bisa menahan, Bayu langsung menyapa.

Diandra yang semula tengah memainkan handphone, sontak menoleh. Tampak jelas tidak bisa menyembunyikan keterkejutan, ketika menyadari Bayu sudah berada didekatnya. "Eh–" Diandra tampak semakin berbinar. "Selamat pagi, Pak," sambungnya mengangguk sopan sambil memasukan handphone ke dalam saku blazer.

Bayu pun membalas anggukan serta senyuman Diandra. Semakin hari Bayu semakin bisa menebak raut wajah Diandra saat memandangnya seperti sekarang ini. Berawal Bayu yang tidak ingin mengambil pusing, tetapi perlahan ia juga bisa menikmati jika Diandra yang memang begitu menyukainya. Tanpa perlu usaha lebih, Diandra bahkan bisa mengulas senyum lebar. "Hanan udah kasih informasi apa aja ke kamu, Di?"

"Belum saya follow up lagi, Pak," jawab Diandra cepat. "Pak Hanan dari kemarin sore ikut hadir pertemuan sama pihak vendor properties. Kebetulan belum selesai semua. Jadi Pak Hanan langsung survei ke lokasi sama anggota team pengadaan-nya."

"Saya juga baru dapat info, ada penambahan unit alat berat yang disewa sama Bina Kontruksi. Kira-kira kamu bisa handle ini sementara, nggak, Di? Kalau overwhelmed sama report dari Hanan, nanti saya alihkan ke orang lain."

"Baik, Pak. Berhubung anggaran permintaan barang sudah selesai dibuat. Saya lagi nunggu acc dari Pak Hanan langsung setelah ini, sebelum diserahkan ke Pak Bayu nanti," terang Diandra tampak tidak keberatan.

"Sebenarnya data ini saya butuh minggu depan," ungkap Bayu lebih santai.

"Nggak apa-apa, Pak, nanti saya usahakan lebih cepat." Diandra langsung memutuskan menerima dan menyanggupinya. "Nanti saya koreksi kembali semua datanya. Sekalian saya pelajari berkas sebelumnya," lanjutnya begitu yakin.

"Good." Bayu mengangguk puas. "Saya sendiri yakin kamu bisa, Di. Saya cuma make sure kamu nggak keberatan aja," ungkapnya sambil tertawa kecil.

Diandra tersenyum seraya mengalihkan tatapan sesaat, sekaligus meredakan perasaannya usai mendengar pujian dari Bayu. "Di tahun lalu saya sama Pak Hanan hanya menambahkan keterangan anggaran. Karena alat berat yang diambil masih dari Pindad, tempat yang sama. Saya rasa untuk sekarang permintaannya kurang lebih nggak jauh beda," jelasnya mencoba untuk tetap fokus.

Bayu mengangguk-angguk semakin senang melihat kesanggupan Diandra. "Okay."

"Mungkin lusa saya bantu follow up ke Bapak."

"Lucky, ya, Hanan nge-hire kamu jadi team-nya," puji Bayu kali ini lebih tulus.

"Nggak juga, Pak," sanggah Diandra merendah. "Niat saya curi start. Supaya weekend nanti udah nggak ada kerjaan," lanjutnya yang diselingi tawa pelan.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang