Kepala Bayu terasa tertimpa beban seberat palu godam. Ia berhasil terbangun karena rasa pusing di kepala tak tertahan, hingga membuatnya meringis meratap. Bayu mengubah posisi tidurnya, tetapi justru wangi Kanaya yang terhirup. Sama sekali belum menyadari suasana kamar yang ia tiduri sangat berbeda dan lebih berwarna.
Perlahan, Bayu bangun dari tidurnya. Kedua mata yang belum bisa sepenuhnya terbuka lebar, ia paksa sedikit demi sedikit. Bersamaan sesekali memijati pelipis yang masih terasa pening.
Sampai akhirnya terdengar samar suara juicer. Membuat kesadaran Bayu kembali penuh. Menyadari ini bukanlah kamarnya, melainkan kamar Kanaya. Pantas saja, aromanya seakan memenuhi Bayu.
Kemudian Bayu tanpa sengaja melihat handphone serta dompetnya tergeletak di atas nightstand.
[Sorry, Bro, semalam tiba-tiba Selina telepon gue ngajak ketemu. Gue jadi nggak bisa nganterin lo balik. Tapi akhirnya lo dijemput sama Kanaya.]
[Tipe lo sekarang jadi yang cute gitu? Manggil gue pake Mas 😂]
Bayu tersenyum kecil membaca pop-up pesan dari Kanu. Lantas membuatnya memutuskan untuk keluar dari kamar Kanaya. Menuju keberadaan juicer tadi.
"Kanaya," panggil Bayu saat menemukannya yang tengah memunggungi.
Kanaya lantas membalikkan badan. "Pagi, Pak," balasnya menyapa, seperti yang Bayu ajarkan kemarin siang. Kemudian melanjutkan kegiatannya, tampak sibuk sendiri.
"Maksudnya gimana?" Bayu mendengkus samar mendengar sapaan Kanaya lebih meledeknya.
Kanaya menyempatkan diri memandang Bayu sambil menyengir tanpa bersalah. "Udah bangun?" basa-basinya. Meski sedikit terkagum, Bayu yang bangun tidur dengan rambut agak berantakan, masih saja terlihat tampan.
"Ya, menurut kamu?" balas Bayu masih mengamati Kanaya dari jaraknya.
"Kamu duduklah. Kesal atau ngomelnya nanti aja," perintah Kanaya tidak mau ambil pusing.
Dengan langkah sedikit gontai, Bayu duduk di kitchen bar. Kedua matanya semakin memandangi Kanaya yang masih sibuk dengan beberapa table ware.
Untuk pertama kalinya Bayu melihat wajah Kanaya tanpa make up dan berambut lurus. Wanita itu tampak lebih muda. Belum lagi, kaos oversize yang menutupi hot pants, benar-benar menyadarkan Bayu jika Kanaya memang imut seperti perkataan Kanu tadi. "Aku kok bisa di sini?" tanya Bayu mencari keterangan, berhubung ia tidak ingat sama-sekali apa saja yang sudah terlewatkan.
"Oh, kamu ini tipe kalau mabuk berat jadi nggak ingat," ucap Kanaya mengangguk-angguk. Besar kemungkinan Bayu memang tidak mengingat semua hal yang telah terjadi beserta kelakuannya semalam.
"My bad," lirih Bayu agak menyesal. "Semalam kamu yang jemput aku?" tanyanya dengan pandangan mengikuti gerak Kanaya.
"Iya." Kanaya tertawa pelan. "Semalam teman kamu yang Aktor itu telepon aku, dia bilang kamu mabuk," jelas Kanaya teramat santai seraya membawa dua mangkuk ke atas kitchen island.
"Kanu benar-benar telepon kamu?" Bayu hampir berseru lantaran tidak percaya.
"Yes, he did," gerutu Kanaya sambil berdecak samar. Padahal kata Kanu sempat memberitahunya, bahwa Bayu yang menyuruh untuk menelepon saat itu juga. "Yhaaa, menurut kamu, lebih cocok siapa yang Kanu telepon? Lagipula kenapa kamu nggak suruh Kanu minta tolong Pak Hanan atau Diandra sekalian?" Sebenarnya, Kanaya tidak keberatan membantu Bayu. Hanya saja, melihat reaksi pria tersebut sekarang ini menyulut emosinya.
Bayu termenung sejenak. Tampak berpikir dan mencoba mengingat kejadian semalam. Namun berakhir hanya decakan kecil yang keluar dari mulutnya. Ia benar-benar tidak bisa mengingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You
RomancePeringatan! Cerita ini mengandung unsur dewasa, Pembaca diharap bijak. "Makanya jangan kebanyakan ngobrol! Apalagi sampai nginap. Sarapan bareng juga nggak boleh. Semua bukan tanpa alasan, nanti takutnya jadi sayang." Kenyataannya, Kanaya mengabai...