Chapter 24

27.1K 2.8K 585
                                    

Bayu memarkirkan mobilnya pada carport di kediaman Diandra. "Udah sampai, Di," ujarnya memecah keheningan yang sejak tadi menyelimuti mereka. "Kamu bisa istirahat habis ini." Kemudian tersenyum simpul seperti biasa.

Ulasan senyum pada bibir Diandra tidak maksimal, meskipun semua masih tampak wajar. Hari ini pekerjaan di kantor tak begitu menyita, namun fisik serta pikirannya terasa begitu melelahkan. "Thank you banget udah mau nurutin permintaan Mas Hanan," ujar Diandra masih mengingat jelas alasan utama Bayu memperlakukan baik dirinya.

"Iya, sama-sama." Tak ada perubahan dalam nada bicara Bayu yang membalas.

Diandra diam sejanak mengamati Bayu yang begitu dekat. "Mau main sebentar?" Masih berusaha menawarkan seperti biasa.

Kali ini Bayu tersenyum tipis.

Sementara Diandra tahu jika Bayu akan menjawab tidak.

"Enggak, ya." Benar saja, Bayu berucap sebelum akhirnya menggeleng pelan. "Saya langsung balik aja."

Sejenak, keheningan kembali mengisi ruang di antara mereka.

"Saya boleh tanya lagi?" Diandra berucap seraya menyentuh lengan Bayu. Besar harapannya agar Bayu segera mengiyakan.

Seakan seperti terhubung, Bayu yang semula akan bertanya, tetapi belum sempat ia ucapan, ternyata Diandra yang memulainya terlebih dahulu. Bayu lantas mengangguk setuju. Sejak dalam perjalanan tadi dirinya pun telah memikirkan berbagai hal. "Kenapa? Apa yang mau kamu tanya?" sambut Bayu kini benar-benar menatap Diandra hingga sedikit mengubah posisi duduknya.

Tak langsung memberi jawaban, Diandra memandang Bayu sendu. Ada kesedihan pada sirat matanya. "Kamu sengaja melakukan itu semua, dekat sama Kanaya di depan saya?" Namun tidak ada kemarahan ataupun kekesalan yang terdengar. Diandra masih bisa menyimpannya rapi.

"Yang saya nolak makan siang sama kamu?" ujar Bayu justru bertanya. Diandra tampak menyadari semua tingkah laku Bayu kepada Kanaya, meski ada rasa syukur karena ia tidak harus menjelaskan langsung. Padahal siang tadi merupakan yang pertama kali untuknya dalam mendekati Kanaya secara terbuka.

"Kamu berubah," kata Diandra menyuarakan isi hati. "Saya merasa ngulang lagi dari awal, setelah berhasil dekat sama kamu." Berterus-terang menanggalkan satu demi satu bebannya. "Apa cuma saya aja yang ngerasa kemarin kita sempat lebih dekat?" lanjut Diandra tertawa getir.

Bayu diam memberikan kesempatan lebih untuk Diandra mengeluarkan semua perasaan serta kemelut di pikirannya. Sambil menyaksikan perubahan raut wajah Diandra yang perlahan tampak frustrasi.

"Kamu tiba-tiba mau makan sama Kanaya. Kamu juga kirim hampers untuk dia. Arkanu kelihatan akrab banget sama Kanaya—banyak juga kok yang bilang mereka kayak udah lama kenal—saya juga lihat Kanaya sama Arkanu kayak teman lama." Lantas menyadari betapa polos dirinya, tidak dapat mengetahui hal tersebut lebih awal. Mengingatnya Diandra pun menertawakan diri sendiri. "Apalagi yang saya nggak tahu tentang kalian semua?" sindirnya halus.
"Kenapa kamu diam?" Diandra menghela napas berat menyembunyikan suaranya yang mulai bergetar. "Saya tanya, kamu setuju waktu itu, saya juga mau kamu jawab sekarang."

Seakan tidak goyah, Bayu tetap bergeming menatap Diandra yang saat ini tampak benar-benar menyedihkan. "Di, saya nggak bisa jelasin semua sesuai sama keinginan kamu," balasnya datar. Sejujurnya Bayu juga tidak mengerti mengapa hatinya sangat yakin untuk berpaling dari Diandra.

"Benar, 'kan?" Diandra menghembuskan napas kuat-kuat, terdenger meremehkan. "Pasti Kanaya yang buat kamu berubah kayak gini," tuduh Diandra kembali mendengkus kesal. "Saya nggak ngerti kenapa kamu bisa lihat Kanaya. Apa lebihnya dia dibanding saya? Apa yang saya nggak bisa lakukan, sementara Kanaya bisa?" makinya semakin menjadi, lolos di antara getar suaranya. Kekesalan Diandra tak tertahan lagi, saat melihat respon Bayu tidak sesuai keinginan. Pria itu bahkan masih datar di saat air matanya telah menetes berkali-kali.

Falling for You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang