flashback(2)

2K 131 6
                                    












" Wah wahh sepertinya ada pahlawan kesiangan "

Prok prok prok

Kean bertepuk tangan dan tersenyum sinis. Cukup menakjubkan juga lelaki di hadapannya ini.

" Serang. "

Tanpa berbasa basi sedikitpun Kean memerintah anak buahnya menyerang laki-laki itu.

Queen yang melihatnya makin histeris. Ia menyalahkan dirinya yang gak berdaya ini. Mana ketua gengster yang paling di takuti itu? Kini dirinya terlihat seperti orang pengecut.

Di hadapan Kean Queen tak bisa berkutik sama sekali. Rasa cemas yang ia rasakan 2 tahun lalu berubah menjadi kecemasan berlebih. Membuat kondisinya semakin down.

" ABANG AWAS! "

BLESS

Perutnya tertusuk. Dengan gerak cepat ia bergerak membalik keadaan. Menebas sang lawan dengan katana miliknya.

Bahu hantam pun cukup lama terjadi. Laki-laki itu kewalahan.

Bught

Tendangan yang cukup kuat ia terima telat pada perutnya yang luka. Dia tumbang saat itu juga. Mata birunya berkilat marah pada lelaki itu. Ia menoleh ke arah adiknya. Matanya meredup melihat kondisi adiknya tang tak bisa di katakan baik.

Terududuk di kursi usang, bajunya pun sudah compang camping dengan luka di tubuhnya.

Tubuh mungilnya yang ringkih sudah tak kuat menahan sakit yang di rasakan. Wajah cantik nan polosnya tak luput dari luka. Pipi chubby yang biasanya bersemu itu membengkak dengan sobekan di ujung bibir mungilnya.

Keadaan adiknya tidak baik-baik saja.

" Argh. " Queen mengerang merasakan tangan Kean yang kembali mencemkram dagunya.

" Kau lihat Nara? " Matanya di paksa bersitatap dengan miliknya. Mau tak mau Queen menatap balik Kean.

Nara. Panggilan yang begitu manis dari s kembar kini terdengar menjijikkan di telinganya.

Kepalanya di dorong, menatap objek di depan. Tak jauh dari sana seorang lelaki seumuran dengannya berbaring dengan bersimpah darah.

Matanya berkaca-kaca tak bisa menahan isak tangis miliknya lagi. " Abang.. " panggilnya lirih.

" Tidak ada satupun orang yang bisa menghalangi ku. Termasuk kembaranmu sendiri. "

Argh

Sakit. Ini sungguh sakit. Kean menghempaskan kepalanya dengan kasar.

" Ku mohon lepaskan. Lepaskan abangku, biar aku saja. Ku mohon.. "

Suara tangis itu begitu menyayat hati. Dia berusaha bangkit dari posisinya. Adiknya harus selamat. Yakinnya dalam hati. Mengabaikan semua rasa sakit di tubuhnya. Tangannya setia menggenggam katana miliknya.

" Lepaskan adikku. "

" Haha? Lepaskan? Setelah aku mati-matian membawanya kemari kau bilang lepaskan? "

Langkah kakinya terdengar begitu nyaring. " Kondisi mu saja sangat menyedihkan. " Remehnya. Meninggalkan ruangan luas yang pengap itu.

I'm A QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang