{ 64 }

873 35 0
                                    










" Kalian jahat! Kalian iblis!! Kenapa kalian bersikap seperti itu sama kakak. Kakak lagi sakit harusnya kalian memberi keringanan sama kakak bukan memberi tekanan sama dia.. " bocah berusia 15th itu berteriak dengan keras setelah berhasil lepas dari kungkungan abang tertuanya. Dia berdiri menatap anggota keluarganya dengan mata berkaca.

" Dia butuh lebih support dari kita jangan sampai dia berfikiran dia adalah wanita kotor yang tak pantas memiliki pasangan. Di mana fikiran kalian hah?? Di mana?? " Bocah itu memang sangat pintar, di usianya yang 15th kepintarannya dalam hack meng-hack sudah hampir setara dengan Alking tak heran bocah itu tau akan kelakuan bejat keluarganya. Namun siapa sangka tak ada yang tau akan keahlian dirinya yang satu ini

Semuanya langsung terbengong dengan ucapan anak itu.

" Maksud kamu apa Ardhan?? " Rista bertanya, wanita paruh paya itu memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak

" Kalian tau?? Kakak ku pulang hanya untuk memutuskan hubungannya dengan Agam "

Dapat dia lihat wajah kaget semuanya orang terlebih abang sepupunya Alking yang paling mencolok dari semuanya. Dia menyeringai tipis di balik wajah imutnya tanpa di sadari kecuali satu orang yang ada di ruangan itu

" Dia merasa dia wanita kotor yang tak pantas menjadi pasangannya.. apakah tidak cukup dengan hal itu?? Kenapa kalian begitu keras pada kakak ku?? Dia hanya ingin bahagia tapi sepertinya kata itu sangat sulit dia dapatkan dari keluarga ini " ucapnya menyindir keluarganya sendiri

" Aku tak habis fikir dengan jalan fikiran kalian " Ardhan berjalan meninggalkan ruang tamu, dia sudah tak bisa menyembunyikan sifat ke kanak-kanakannya sekarang dia sudah muak dengan kelakuan keluarganya sekarang. Sudah dua kali keluarganya lalai menjaga kakaknya. Keluarga tak berguna, sumpah serapahnya sedari tadi

Alking yang melihat kepergiannya pun ikut berdiri namun sebelum itu dia melempar sebuah flashdisk ke meja dengan kasar tak peduli akan sopan santunnya sekarang yang terpenting keluarganya bisa sadar akan sikap semena-menanya itu

" Fikirkan baik-baik. Di sana tidak akan bisa membuat kondisi Queen membaik sekalipun penanganan yang paling bagus jika dunianya saja ada di sini " setelahnya dia beranjak dari sana meninggalkan keluarganya yang masih bergeming dengan sang ibu yang sudah menangis di pelukan Rey



...







Keesokan harinya Queen telah bersiap kini dia sedang menutup seleting kopernya. Gadis itu menghela napas lalu pandangannya jatuh pada meja rias di sana handphone dirinya tengah bersandar di kaca dengan layar yang menampilkan seorang laki-laki tengah berbaring menggunakan baju seragamnya yang sedang menatapnya penuh. Mereka tengah vidio call

" Sayang.. apa keputusan ini sudah tepat?? Ini berat buat aku beb~ " suara rendah yang tengah merengek itu mengalun indah di telinganya membuat gadis itu terkekeh

Queen mendudukan dirinya di kursi meja rias menatap penuh gemas pada sosok di hadapannya, jika sosok itu nyata di hadapannya sudah dia cubit kedua pipi lelaki itu

" Ganteng " celetuknya pelan tapi itu masih terdengar oleh lelaki itu. Agam mengeluarkan kekehannya yang kata Queen mah enak banget di denger

" Tapi nanti boleh kalo di panjangin rambutnya?? " Dengan jahilnya Agam bertanya ingin melihat reaksi apa kali ini

Sontak pertanyaan itu membuat wajahnya menekuk, tak tau saja jika dia kini tengah mengagumi salah satu ciptaan Tuhan yang tampannya kayak dewa dan pertanyaan itu sebuah petaka baginya. Pesona lelaki itu begitu kuat hingga siapa saja bisa jatuh cinta hanya dengan pandangan pertama

I'm A QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang