{ 3 }

6.8K 305 1
                                    

" Kamunya yang gampang di begoin. Makanya tuh mau-mau aja di tempelin tante-tante girang. "
_Queen











" Merindukanku baby? "

Suara rendah yang begitu dalam mengalun indah di telinganya. Tanpa sadar mata bulatnya berkaca, mendongak menatap seseorang di sana.

" Tidak! " Tolaknya mentah. Memalingkan wajahnya, mengusap kedua pipi chubbynya kasar. Air matanya merembes begitu saja. Sialan!

Bibirnya berkedut, menahan senyuman lebar miliknya. Dia ikut duduk di samping Queen. " Tidak? Em, tapi menangis yah? Memang ada yang seperti itu? " Tanyanya jahil.

Tangan kekarnya menarik pinggang sang gadis, memepetkan tubuh mungilnya. Memeluk pinggang sempit itu penuh posesif.

" Diem. " Queen menyikutnya, memperingati lelaki itu. Dia berakhir menangis di pelukan sang pujaan hati. Ea.









...


Flashback



" Kita harus kemana sekarang?? " Tanya Raja menatap satu persatu sahabatnya.

Mereka berada di rooftof, tempat bersantai geng burik.

" Argh." Agam menggeram, ia mengacak rambutnya kasar. Bodoh lo bodoh Gam, kenapa lo harus diam? Agam merutuki dirinya sendiri.

Bught

Bught

Bught

Agam menonjok tembok yang ada dihadapanya. Menonjoknya dengan bruntal, melampiaskan emosinya. Menghukum dirinya sendiri yang berkelakuan bodoh hari ini.

" Sabar Gam. Lo ga boleh gegabah kek gini. " Bagas datang menahannya, membawa lelaki itu duduk. Bisa gila kalau lelaki itu tak di tahan.

" Gue lihat-lihat dari tadi lo berdua diam aja." Ujar Bram tiba-tiba membuat semua atensi menatap kedua lelaki yang di tuju.

" Mampus. Mau bilang apa nih guee? " Gumam Mahes pelan, ia menundukkan kepalanya. Tak berani angkat bicara. Menciut njir nyalinya.

" Lo berdua tau? " Kini Agam bertanya. Lelaki itu menyender pada sofa, dengan kedua tangan yang menjadi bantalan kepalanya.

Ia menatap langit yang cukup mendung. Bahkan awan pun mendukung suasana hatinya.
" Kenapa gak bilang?" lanjutnya. Dirinya sudah cukup tenang.

Semuanya bernapas lega melihat Agam yang sekarang cukup tenang. Lelaki itu gampang sekali emosi jika menyangkut Queen. Ah tidak tapi dia lelaki yang paling gila dari semuanya.

" Iya. Maaf kalau kita gak bilang. " Jawab Ivan menatap Agam yang memejamkan matanya. Dia masih sayang nyawa tapi kalau gak angkat bicara gini bisa abis di tangan abang tertuanya itu.

" Ini rencana Cantik. Gue sama Ivan gak bisa nolak. Apalagi ngeliat dia seneng banget pas mau ketemu kalian. " Mahes bersuara, mencoba memberanikan diri menatap Agam.

" Berarti udah jelaskan? Jadi sekarang waktunya kita nyari di mana princes. " 
" Gue gak mau terjadi sesuatu sama adek gue." Ucap Keynan, dia khawatir Queen kenapa-kenapa. Di luaran sana sangat berbahaya untuk adik bungsunya itu.

" Bener kata Inan, apalagi emosi Queen pasti belum terkontrol sekarang. " Timpal Bagas. Lelaki dingin s paling irit ekspresi kini menampilkan raut wajah khawatir. Berbeda sekali.

" Lo sama adek gue tuh sebelas dua belas. Terlebih ini menyangkut lo Gam. " Bram menatap sahabatnya prihatin. Di sini Agam yang di rugikan. Dia sasaran empuk yang akan di amuk adiknya.

I'm A QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang