{ 42 }

1.1K 55 1
                                    

" Apakah permainan ini harus berakhir di sini saja?? "
- someone















Bugh

Bugh

Bugh


Perkelahian itu tak terelakkan. Seorang lelaki melawan empat orang. Lawan yang tak sebanding tapi jangan meremehkannya. Ia bisa dengan mudah mengalahkan bedebah-debah sialan itu.

Arghhh

Ketiga orang sudah babak belur di bawah sana. Tak mampu melawan lagi dan sang ketua tersungkur akibat tendangan darinya. Ia maju melepas topeng yang di pakai sang musuh. Menjambak rambutnya kasar membuat s empu mendongak, menatap takut padanya.

" Berani sekali kau menyentuh milikku. " Di hempaskannya kepala itu. Ia berdecih lantas menatap bawahannya yang tak jauh dari sana. Memberi kode agar mendekat.

" Bawa dia.

Orang-orang berbaju hitam keluar dari tempat persembunyian mereka. Membawa keenpat orang berjubah tadi.

Ia maju, menatap seorang gadis yang tak sadarkan diri di dalam mobil.

Sedangkan di sisi lain Devan dan yang lain tengah kelimpungan. Mereka kecolongan, ia salah mengartikan bajingan itu. Ternyata lelaki itu cukup pintar. Ia salah menyepelekannya.

" Sialan!! " Umpatnya sembari mengacak rambutnya kasar.

Kelimanya berada di parkiran tepat di depan mall.

" Ketemu. " Bagas berseru. " Dia ada di besment yang gak jauh dari sini. " Matanya tak lepas dari laptop miliknya. Perlu beberapa waktu untuknya mencari keberadaan Queen. Kali ini Bagas sedikit kesulitan. Pintar juga itu orang. Fikirnya.

" Cepet kita ke sana bang. " Ucap Bram.

Semuanya bergegas ke sana. Perasaan panik menguinggapi mereka dalam hati kecilnya ada emosi yang siap meluap. Mereka berani mengusiknya terlebih membawa princes mereka.

" Lokasi pastinya di mana Gas? Basment luas. " Caka cukup kesal. Ia celingak celinguk ke sana kemari. Keselamatan adiknya terancam saat ini. Jelas ia kesal karna waktu yang mereka gunakan cukup banyak.

" ITU KAKAK. " Sebelum membuka suara Ardhan lebih dulu berlari ke arah mobil hitam yang tak jauh dari mereka.

Di sana Queen terduduk tak sadarkan diri, menyender pada ban mobil. " Kak bangun. Kakak!! " Ardhan sudah menangis sembari mengguncang-guncang tubuh Queen.

" Gue siapin mobil. " Caka bergegas pergi meninggalkan keempatnya.

Devan termenung. Memang ada penculikkan motifnya seperti ini? Meninggalkan adiknya di besment dengan kondisi tak sadarkan diri terlebih caranya agak mencurigakan. Terlihat seperti penyelamatan yang di rencanakan secara diam-diam.


.

.




Byurr


" SIAL!! SIAPA YANG BERANI NYIRAM GUE!! "

Wajahnya yang babak belur tak membuatnya hilang tenaga. Ia dengan berani berteriak. Tak lama keningnya mengernyit ia mencoba menggerakkan tubuhnya.

Tubuhnya terikat di kursi dalam ruangan yang minim cahaya.

Tak

Lampu menyala. Matanya menyipit berusaha menatap objek di depannya dengan jelas. Cahayanya membuatnya silau.

" Tidurmu lelap sekali~ membuatku kesusahan. " Di akhir kalimat nadanya terdengar dingin. Begitu menakutkan dengan suasana yang terasa menyesakkan. Ia merasakan kerongannya kering.

I'm A QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang