" Ngeliat cowok lain apa roti sobek? "
_ Bagaskara
' Queen makin hari makin cantik njirr '
' spek bidadari mau lewat nihh bos '
' senyum donk Queen jangan datar mulu '
' heh!! Lo jangan macam-macam entar di senggol sama pawangnya mampus lo '
' iyah anjir, kayak lo berani aja. '
' the burik turun tangan kita yang isdet. '
Pagi ini Queen sudah kembali masuk sekolah. Oa berjalan di koridor dengan lesu. Setelah insiden kemarin dia terkenan amukan kekasihnya, Agam. Lelaki itu begitu posesif padah ia tahu dirinya mendatangi siapa kemarin.
Queen membuang napas panjangnya.
Bruk
Tas gandongnya ia lempar secara kasar ke meja. Memilih menelungkupkan wajahnya di sana dengan earphone yang terpasang apik di kedua telinganya.
Suasana kelas begitu hening dengan dua orang siswi di sana. Cukup pagi untuk seukuran Queen yang telah tiba lebih awal dari biasanya.
" Lemes banget kayaknya. Kenapa lo? " Sang pelaku melepaskan sebelah earphone yang di gunakannya. Queen berdecak lantas menatap s pelaku dengan kesal.
" Jangan ganggu deh. " Juteknya.
Mahes berdiri di depan mejanya. " Pasti gara-gara Agam. " Dengusnya. Tubuhnya tiba-tiba di seret oleh Gisel.
" Santai dong. " Decaknya kesal. Ia duduk di bangkunya bersama Gisel.
" Gak ngaca lo hah? Tubuh lo itu bongsor ngalangin orang yang mau duduk. " Ujar Gisel.
Nyatanya s empu pemilik bangku hendak duduk. Mahes menghalangi jalannya.
" Pagi-pagi jangan buat wajah jutek gitu. " Ivander datang lantas mengacak rambut Queen gemas.
" Ada aja gebrakannya heran. " Gisel menggeleng tak habis fikir. Queen yang sering sekali menghoda sang abang dan Agam selaku tersangka sering kali mengamuk dengan godaan sang kekasih. Kedua sejoli yang bertolak belakang.
" Pantes lah Agam marah sama lo. Lo nya malah lirik-lirik cowok lain. " Timpal Mahes.
" Apa salahnya? " Queen menoleh. " Rezeki nomplok jangan di sia-siain lah. Ada cogan lewat mana bule lagi, ganteng anjir. " Mata bulatnya berbinar masih ingat kejadian kemarin. Terbayang-bayang wajah rupawan lelaki itu. Begitu tampan bak dewa yunani saja.
Ivander menatapnya datar. Tangannya menjitak kening adiknya pelan. " Soal cogan aja melotot. "
Queen memamerkan deretan gigi putihnya. Mereka hanya mampu mengelus dada, tak tahu saja akibat ulahnya itu Agam mengamuk di markas.
.
.
Kondisi kantin saat ini senyap sekali padahal para siswa dan siswi baru saja berhamburan. Mereka semua makan dengan degupan jantung yang berdebar dengan cepat.
Pasalnya meja di meja pojok sana sang ketua berandalan tengah dalam suasana hati yang buruk. Wajahnya yang memang minim ekspresi kini makin terlihat dingin nan tak tersentuh. Auranya yang dingin mampu menyesakkan suasana kantin siang ini. Tak ada yang berani membuka suara terkecuali suara sendok yang berdenting.
Tolong, keluarkan mereka dari suana yang mencekam ini. Batinnya nelangsa.
Di pintu utama masuk kedua orang gadis. Salah satunya menampilkan raut yang sama. Semakin membuat kondisi kantin suram. Mereka sesak napas di buatnya. Hawa baru yang mereka rasakan kini terasa menekan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Queen
Teen FictionIni bukan cerita tentang murid baru yang jatuh cinta pada most wanted atau murid baru yang di klaim oleh orang yang gak kita kenal, ini juga bukan cerita tentang permusuhan, benci, yang berujung jadi cinta atau persahabatan yang berujung jadi cinta...