{ 40 }

1.2K 59 1
                                    






" Emang anak gak ada akhlak kamu. Dia itu adikmu Caka. "

_ Rachel




















Tap tap tap

Beberapa langkah terdengar menggema di koridor rumah sakit. Gisel mengalihkan pandangannya dengan kondisi matanya yang membengkak Gisel masih saja menangis.

Apa yang harus ia katakan pada Rachel nantinya? Gisel gagal menjaga Queen, adiknya.

" Gue gagal Ca.. gue gagal jagain lo. Kakak macam apa gue Ca? Gimana bisa gue gak sadar sama kelakuan bajingan itu? Harusnya gue bunuh aja waktu itu bukan ngebiarin dia dengan tingkah gilanya. " Batinnya.

Gisel sudah lama sekali tak menyukainya hanya saja dia bagian dari mereka. Ia menahan diri untuk tidak langsung membinasakannya. Alasannya? Karna menurutnya itu masih batas wajar. Nyatanya di balik kegilaannya dia melakukan hal di luar kendali Gisel. Dia sangat-sangat menyesal. Menyesal membiarkan Kean hidup.

Di ujung lorong sana terlihatlah keluarga Pratama. Datang bersama semua para cucu-cucunya.

Keadatangan Rachel membuat tangisan Gisel makin kencang. " Mom.. " panggilnya melirih.

" Salsa sayang.. " Rachel langsung saja memeluknya erat. " Gimana sama kondisi Queen? Dia baikkan? Apa yang mommy dengar itu bohong bukan? "

Gisel tertunduk dalam. " Maaf mom.. Gisel gagal jagain Queen, Gisel lalai. "

Rachel tertegun, bukan ini yang ia maksud. Dia tidak berfikir bahwa Gisel akan menyalahkan dirinya seperti. Rachel tentu terpuruk mengdengar kabar buruk soal putri semata wayangnya.

Dia tak pernah terfikirkan bahwa kejadian 3 tahun lalu di sebabakan oleh insiden besar yang menyangkut salah satu putranya. Bahkan Queen sendiri terkena imbasnya. Sebuah trauma bukan hal sepele itu bisa berakibat fatal jika di biarkan begitu saja.

Di belakangnya Ray mengambil alih Gisel. Di peluknya anak sahabatnya itu, gadis yang sudah ia anggap anaknya sendiri. Di usapnya surainya pelan, " Jangan menyalahkan diri kamu sayang.. ini bukan salah kamu. Tidak papa jangan menangis. " Di usapnya air mata yang berderai itu.

" Tapi Salsa gagal dad.. Can dia— "

" Stt sudah yah? Jangan menangis lagi. Kalau kamu merasa gagal kamu sendiri harus pastiin kejadian ini tak akan terjadi untuk kedua kalinya faham? "

Gisel mengangguk pelan. " Iyah. " Jawabnya melirih.

" Lebih baik kita masuk. "

Gadis itu melongokkan kepalanya di belakang Rachel banyak sekali orang yang ikut datang kemari. Matanya melotot lucu yang membuat semuanya terkekeh.

" Ayok masuk. " Bram yang sedari tadi menjadi penonton mulai bersuara. Menuntun kekasihnya untuk masuk.

Ceklek

Pintu bercat biru itu terbuka menampilkan sepasang adik kakak yang saling berpelukan erat. Keduanya mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Queen berusaha mempertahankan senyumnya. Menyembunyikan rasa sakitnya.

I'm A QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang