{ 37 }

1.2K 56 4
                                    








" Apa yang kamu lakukan sebenarnya? "

_ Kevin
























Hah..

Untuk kesekian kalinya Bram menghela napas. Pandangannya tak lepas dari sang kekasih. Sedari tadi Gisel kedapatan melamun padahal ada dirinya di samping gadis itu. Entah apa yang kekasihnya itu fikirkan, ia terlihat berantakan.

Semenjak pulangnya kekasihnya dan adiknya Bram bisa melihat sebuah perbedaan yang sangat jauh. Kekasihnya jadi lebih pendiam dari hari ke hari lalu ada adiknya yang makin ke sini sering kali tiba-tiba drop. Sebenarnya ada apa ini? Semuanya terjadi pasti ada penyebabnya bukan?

3 tahun sudah ia lewati dengan menjaga jarak dari adiknya. Gisel pun jadi ikut serta. Bram berusaha berfikir positif tapi apa yang ia lihat sekarang bisa ia simpulkan, semuanya tidak sebaik yang di bayangkan.

Di balik sifatnya yang barbar, cerewet, tak bisa diam dia juga masih mempunyai perasaan. Ia memendam semuu yang ia rasakan selamanya. Termasuk kecurigaannya itu.

Bagaimana pun juga semua sahabatnya sulit untuk mengekspresikan diri. Dia juga harus menghibur semuanya. Menjadi cahaya di tengah kegelapan. Ia tidak merasa keberatan sama sekali yang ada Bram senang melakukan semuanya.

Tapi tidak untuk sekarang. Di hadapan kekasihnya Bram tak pernah menyembunyikan hal apapun termasuk keresahan yang ia rasakan akhir-akhir ini. Hanya waktu yang bisa menjawabnya sampai ia membeberkan semuanya.

Meski hubungan keduanya terlihat kaku Bram tetap peduli bagaimana pun keadaannya. Ia bukan termasuk kekasih able yang perhatian. Bram cukup cuek untuk seukuran pacar.

" Ngelamun lagi? " Hela napas kasarnya ia berikan.

" Maaf aku gak fokus. " Kini tatapannya beralih menatap Bram penuh. " Sekali lagi aku minta maaf. " Tangannya menggenggam tangan kekasihnya. Gisel tidak fokus akhir-akhir ini. Gimana pun juga kondisi Queen sedang tidak baik di tambah hubungan sahabatnya itu dengan sang abang sama tidak baiknya. Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri dengan apa yang terjadi pada Queen juga Agam.

Ingatannya terlempar di 3 tahun terakhir. Dari sana kejanggalan terlihat.

" Sebenarnya kamu lagi mikirin apa Bi? Aku liat kamu kayak lagi nahan beban berat. "

" Kalau memang berat tolong bagi sama aku Sabila. " Bram memusatkan pandangannya, tubuhnya menghadap langsung pada Gisel. Tatapan matanya sayu terlihat berbeda dari biasanya.

Note; Sabila nama khusus yang di berikan Bram padanya. Di ambil dari nama tengah gadis itu, Salsabila.

" Aku cuman lagi khawatir. "

" Soal Queen? "

Gisel menunduk dalam, ia tak bisa lagi menahan beban yang ia miliki. Air matanya meluruh saat itu juga. Bram jadi panik sendiri, ia usap dengan tangannya yang gemetar. Gisel memang cengeng untuk hal sepele tapi kini tangisannya berbeda. Terdengar begitu menyayat hatinya.

" Jangan nangis sayang. Hm? " Dengan penuh perhatian Bram mengusap-usap air mata yang jatuh di kedua pipi gadisnya. " Jangan di paksain ayok keluarin aja. Aku gak akan nyuruh kamu berenti nangis biar semuanya kamu lampiasin dulu. "

I'm A QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang