" Abang udah gak sayang adek.. "
_ Ardhan
Cahaya matahari menerobos masuk ke celah gorden yang sedikit terbuka. S empu yang kini makin asik dengan dunia mimpinya tak memperdulikan cahaya yang mengusik tidur nyenyaknya. Bahkan gadis itu mengindahkan gangguan lain.
" 5 menit lagi abang. " Gumaman pelan itu terdengar semakin mempererat selimut yang di pakainya.
Pipi chubbynya terasa basah dengan benda lembab yang sedari tadi hinggap di wajahnya. Queen mengusap pipinya kasar. " Abang jangan ganggu ih.. " Rengeknya. Ia masih merasa mengantuk tak bisakah beri dia waktu cukup lama?
Di hari minggu yang cerah ini Queen berniat bermalas-malasan di kasur kesayangannya tapi sepertinya itu hanya bayangannya saja. Nyatanya sekarang tidurnya di usik oleh salah satu anggota keluarganya.
Ia berdecak sebelum membuka matanya dengan susah payah. " Queen bilang jangan ganggu. Abang i— ADEK!! " Ia berteriak dengan cepat Queen merubah posisi tidurnya menjadi duduk. Mata bulatnya makin melotot menatap seseorang yang sedari tadi mengganggunya.
" Kakak kebo. Di bangunin malah gak bangun-bangun. Adek laper tahu. " Tanpa mengindahkan teriakan sang kakak bocah berumur 14th itu terlihat merajut dengan tangannya yang bersidekap dada.
" Adek i-ini beneran kamu? " Mulutnya ternganga. Bocah apanya? Badan adiknya saja sudah bongsor begini hanya saja baju piaya kartun yang di pakainya membuat Queen menggeleng. Kelakuannya udah kayak anak sd.
" Siapa lagi kalau bukan adek? Kaka ngaco tahu nggak. "
Queen menggeleng masih tak nyangka dengan adiknya di sini. Bisa di hitung jari nih orang-orang pasti pada kumpul di bawah. Fikirnya.
Bayangan tentang indahnya hari minggu harus hancur di pagi buta seperti ini. Queen menghela napas. " Sana gih kamu ke bawah. Nanti kakak nyusul. "
" Iss tahu gitu adek tinggalin aja tadi. " Dengan kaki yang di hentak-hentakkan ke lantai. Ardhan sang pelaku sekaligus adik Queen pergi meninggalkan kamar kakaknya.
Ia melongo. Covernya doang kayak cowok maco tapi kelakuan masih kayak bocah sd.
Nyatanya cover adiknya mampu menghipnotis siapa saja. Ardhan tumbuh menjadi laki-laki dewasa dengan perawakan tinggi tegap, begitu bongsor sekali~ jika di sandingkan dengan para abangnya sepertinya Ardhan akan sama 11 12 dengan Ivander juga Mahes mungkin jika kembarannya masih ada pasti perbedaan mereka beda tipis.
Tatapan polos yang tadi di layangkan kepadanya mampu menghipnotis dirinya. Ardhan memang mampu mengambil alih dunianya.
Berperang dengan fikirannya sedari tadi Queen berjalan menuruni tangga dengan wajah bantalnya. Tenang saja ia sudah cuci muka kok cuman gak mandi doang.
Langkahnya terhenti di undakan terakhir. Meja makan yang biasanya berisi keluarga Ray kini penuh di ganti dengan meja yang lebih besar. Bahunya merosot bisa di pastikan para abangnya kemari. Queen siap tidak siap harus menikmati masa kekangan para abangnya. Semoga saja ada kelonggaran sekarang dengan kehadiran Ardhan.
" Good morning all. " Sapanya sebelum matanya kembali melotot. " GRANDPA!! " Antara terkejut dan senang, ia berteriak kala tatapannya bertemu tatap dengan sang kepala keluarga. Pratama, ada di satu meja dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Queen
Teen FictionIni bukan cerita tentang murid baru yang jatuh cinta pada most wanted atau murid baru yang di klaim oleh orang yang gak kita kenal, ini juga bukan cerita tentang permusuhan, benci, yang berujung jadi cinta atau persahabatan yang berujung jadi cinta...